Bisnis.com, JAKARTA — Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, memprediksi bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan emas akan menjadi pendorong utama inflasi pada Agustus 2024. Banjaran memperkirakan inflasi pada Agustus 2024 akan meningkat sebesar 0,09% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 2,24% secara tahunan (year-on-year/yoy).
"Peningkatan inflasi pada Agustus terutama didorong oleh naiknya harga BBM nonsubsidi dan Pertamax yang mulai berlaku efektif di awal bulan. Selain itu, harga emas juga masih mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya, yang berpotensi meningkatkan harga emas perhiasan, sebagai salah satu komponen inflasi inti," ujar Banjaran kepada Bisnis pada Minggu (1/9/2024).
Selain itu, Banjaran mencatat bahwa harga pangan secara umum masih cenderung meningkat. Dia juga mengingatkan pentingnya menjaga harga administered price, atau komponen harga yang diatur pemerintah, agar tidak menekan daya beli masyarakat. "Subsidi yang tepat sasaran perlu semakin dipertajam," tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan mengumumkan perkembangan tingkat inflasi dan deflasi Indonesia untuk Agustus 2024 pada Senin (2/9/2024). Pada kesempatan yang sama, BPS juga akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan tersebut.
Sebelumnya, BPS mencatat bahwa inflasi tahunan Indonesia pada Juli 2024 sebesar 2,13%, turun dari 2,51% pada bulan sebelumnya. Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menjelaskan bahwa komoditas cabai rawit mengalami inflasi bulanan sebesar 14,28%, memberikan andil sebesar 0,04% terhadap inflasi keseluruhan.
"Cabai rawit menjadi penyumbang utama inflasi dengan tingkat inflasi 14,28%," kata Amalia dalam rilis BPS, Kamis (1/8/2024). Selain cabai rawit, emas perhiasan juga menjadi kontributor utama inflasi pada Juli 2024, dengan inflasi mencapai 1,21% mtm dan memberikan andil inflasi sebesar 0,01%.
Baca Juga
Amalia menambahkan bahwa emas perhiasan telah mengalami inflasi selama 11 bulan berturut-turut hingga Juli 2024, dipengaruhi oleh meningkatnya harga emas di pasar global. "Tingkat inflasi keduanya [cabai rawit dan emas perhiasan] pada Juli 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi pada Juni 2024," jelasnya.