Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Amerika Serikat mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada kuartal II/2024 dibandingkan laporan awal. Data yang dirilis oleh Bureau of Economic Analysis (BEA) menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) AS naik sebesar 3% secara tahunan selama periode April-Juni, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,8%.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (30/8/2024), Peningkatan ini terutama didorong oleh belanja konsumen yang naik 2,9%, dibandingkan dengan perkiraan awal yang hanya 2,3%. Belanja konsumen terus menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi AS, meskipun terjadi pelemahan dalam kategori ekonomi lainnya.
Laporan terpisah dari pemerintah AS juga mencatat bahwa pengajuan awal tunjangan pengangguran sedikit berubah menjadi 231.000. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS meningkat, indeks berjangka S&P 500 tetap lebih tinggi, dan dolar AS menguat.
Selain PDB, BEA juga mencatatkan pendapatan domestik bruto (GDI) yang naik 1,3% dalam perkiraan pertama untuk kuartal II/2024, sama dengan kenaikan pada kuartal pertama. GDI mengukur pendapatan yang dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan jasa, sedangkan PDB mengukur pengeluaran barang dan jasa. Rata-rata dari kedua ukuran ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,1%.
Pertumbuhan ekonomi AS tahun ini melambat dibandingkan dengan percepatan pada paruh kedua 2023. Para analis memperkirakan perlambatan lebih lanjut pada sisa tahun 2024 seiring dengan tingginya biaya pinjaman yang terus menekan perekonomian. Namun, Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan depan seiring dengan melambatnya inflasi, yang dapat memberikan sedikit kelonggaran bagi sektor-sektor yang sangat terkena dampak biaya pinjaman tinggi, seperti perumahan dan manufaktur.
Revisi ke atas pada belanja konsumen mencerminkan peningkatan pembelian barang dan jasa yang lebih kuat, terutama dalam sektor kesehatan, perumahan, utilitas, dan rekreasi. Di sisi lain, BEA merevisi turun pengeluaran bisnis, inventaris, ekspor bersih, investasi perumahan, dan pengeluaran pemerintah.
Baca Juga
Laba perusahaan juga mengalami peningkatan pada kuartal kedua, dengan laba sebelum pajak yang disesuaikan naik 1,7%. Laba setelah pajak sebagai bagian dari nilai tambah bruto untuk perusahaan non-keuangan naik tipis menjadi 15,4% pada kuartal kedua, dari 15,2% pada kuartal sebelumnya.
Isu keuntungan perusahaan menjadi topik hangat dalam kampanye Pilpres AS. Wakil Presiden Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat, mengusulkan kebijakan rumah tangga baru yang mungkin memengaruhi margin keuntungan perusahaan melalui kenaikan pajak bagi perusahaan dan individu berpenghasilan tinggi. Sementara itu, mantan Presiden Donald Trump menjanjikan pemotongan pajak baru untuk mendorong perekonomian.
Dalam hal inflasi, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), metrik pilihan The Fed, naik sebesar 2,5% secara tahunan pada kuartal kedua, sedikit lebih rendah dari proyeksi awal. Indeks PCE inti, yang tidak termasuk pangan dan energi, naik 2,8%, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 2,9%.
Para ekonom saat ini menantikan rilis data PCE bulanan untuk bulan Juli yang akan dirilis pada Jumat pekan ini. Proyeksi menunjukkan bahwa PCE inti naik 2,7% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Pejabat The Fed baru-baru ini mengindikasikan bahwa mereka lebih fokus pada kondisi pasar tenaga kerja, karena inflasi sebagian besar telah mereda. Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa bankir sentral tidak mengharapkan atau menginginkan pendinginan lebih lanjut dalam kondisi pasar tenaga kerja.