Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan mengumumkan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per Juli 2024 pada hari ini, Selasa (13/8/2024) pukul 10.00 WIB. Data bulan-bulan sebelumnya sudah menunjukkan tren kenaikan defisit APBN.
Pada Januari 2024, APBN masih mencatatkan surplus di Rp31,1 triliun atau mencakup 0,14% dari produk domestik bruto (PDB). Tren positif berlanjut pada bulan selanjutnya, APBN tercatat surplus Rp26 triliun atau mencakup 0,11% dari PDB.
Pada Maret, APBN masih surplus di angka Rp8,1 triliun atau setara 0,04% dari PDB. Bahkan, pada April, terjadi peningkatan surplus yang cukup signifikan menjadi Rp75,7 triliun atau setara 0,33% dari PDB.
Pada Mei, mulai terjadi defisit APBN di angka Rp21,8 triliun atau -0,1% dari PDB. Terakhir pada Juni atau semester pertama 2024, defisit semakin melebar di angka Rp Rp77,3 triliun atau mencakup -0,34% dari PDB.
Sri Mulyani menyampaikan defisit pada semester pertama 2024 tersebut terjadi lebih cepat bila membandingkan dengan tahun lalu. Alasannya, penerimaan pajak paruh pertama tahun ini melambat sedangkan realisasi belanjanya lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Tahun lalu Semester I/2023 masih surplus Rp152,3 triliun. Tahun ini semester I/2024 kita sudah mengalami defisit Rp77,3 triliun," ujarnya dalam rapat kerja dengan Banggar DPR dan Gubernur Bank Indonesia, Senin (8/7/2024).
Baca Juga
Sebagai informasi, postur APBN 2024 memang didesain defisit 2,29% dari PDB atau mencapai Rp522,8 triliun. Dengan kata lain, defisit Rp77,3 triliun pada semester I/2024 masih dalam rentang proyeksi.
Defisit tersebut berarti terdapat belanja yang lebih besar dari pada pendapatan negara.
Sri Mulyani menjelaskan, pendapatan negara sepanjang Januari—Juni 2024 mencapai Rp1.320,7 triliun. Realisasi tersebut tercatat kontraksi 6,2% dari periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, pada periode yang sama, belanja negara mencapai Rp1.398 triliun atau tumbuh 11,3% (year-on-year/YoY). Pos belanja kementerian/lembaga naik signifikan hingga 16,8% (YoY) menjadi Rp487,4 triliun.