Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pihaknya terus mencermati dinamika ekonomi dan politik global yang menunjukkan adanya eskalasi tensi.
Dari kondisi ekonomi global secara keseluruhan, Sri Mulyani mengungkapkan kondisi ekonomi global masih dipenuhi ketidakpastian karena terjadi fragmentasi. Hal tersebut salah satunya disebabkan adanya perang tarif yang menyulitkan pertumbuhan ekonomi global.
“Banyak negara kini mulai memasang tarif tinggi terhadap impor yang berasal dari China, baik yang berhubungan dengan mobil listrik maupun barang manufaktur lain. Hal tersebut memicu terjadinya over produksi,” jelas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (13/8/2024).
Selain itu, pasar juga baru saja diguncang oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang dibawah ekspektasi pada pekan lalu. Hal tersebut memicu kekhawatiran pasar bahwa AS akan memasuki fase resesi dan bank sentral AS, The Fed, akan segera menurunkan suku bunga acuannya untuk merespons data tersebut.
Sri Mulyani menuturkan, volatilitas perekonomian AS tersebut akan mempengaruhi kondisi ekonomi secara global.
Sementara itu, dari sisi politik global, eskalasi konflik kini mulai terlihat di beberapa wilayah. Dia menuturkan, konflik Ukraina-Rusia hingga saat ini belum menunjukkan indikasi akan berakhir setelah pasukan Ukraina mulai memasuki wilayah Rusia.
Baca Juga
Selain itu, tensi geopolitik di Timur Tengah juga semakin memanas seiring dengan terbunuhnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dan komandan militer senior kelompok Hizbullah Lebanon, Fuad Shukr.
“Semua faktor ini menggambarkan bahwa 2024, baik konstelasi politik, militer, keamanan maupun dari sisi ekonomi semuanya dalam arah dinamika yang tensinya meningkat tinggi. Pastinya ini akan mempengaruhi kinerja ekonomi global. Makanya ekonomi global 2024 ini diperkirakan masih akan lemah,” katanya.
Adapun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per Juli 2024 mencatatkan defisit Rp93,4 triliun. Naiknya belanja menjadi faktor utama defisit anggaran kian melebar.
Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa defisit APBN mencapai Rp93,4 triliun atau setara 0,41% terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit itu melebar dari posisi bulan sebelumnya atau Juni 2024, yaitu Rp77,3 triliun atau 0,34% terhadap PDB.
"Dari total postur, bulan Juli 2024 kita defisit Rp93,4 triliun atau 0,41% dari PDB, masih jauh dari total defisit APBN [yang direncanakan untuk 2024]," ujar Sri Mulyani.
Secara keseluruhan, APBN 2024 memang didesain Rp522,8 triliun atau 2,29% terhadap PDB. Artinya, defisit yang terjadi pada Juli 2024 masih dalam rentang proyeksi pemerintah.