Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Inflasi Jokowi vs SBY, Lebih Terkendali di Era Siapa?

Dalam dua dekade terakhir, catatan inflasi tertinggi sempat mencapai 17,11% secara tahunan.
Presiden RI Joko Widodo menerima kunjungan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/3/2017). Dok BPMI Setpres RI
Presiden RI Joko Widodo menerima kunjungan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/3/2017). Dok BPMI Setpres RI

Bisnis.com, JAKARTA — Hampir rampung 10 tahun masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), capaian inflasi terakhir pada Juli 2024 tercatat sebesar 0,89% (year-to-date/YtD) atau 2,13% (year-on-year/YoY). 

Angka tersebut tercatat masih berada di bawah target inflasi Bank Indonesia untuk tahun 2024 yang sebesar 2,5%±1%. 

Untuk diketahui, Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat inflasi sebagai upaya mengetahui kenaikan harga barang dan jasa secara umum. 

Berdasarkan data historis dalam 10 tahun terakhir, inflasi tahunan tertinggi terjadi pada 2022 atau masa peralihan pandemi Covid-19 ke endemi, yakni sebesar 5,51% (YoY). 

Tidak heran, pada September 2022 Jokowi melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Diantaranya Pertalite naik sebesar 30,72% dan solar sebesar 32,04%, juga Pertamax sebesar 16%.

Akibatnya, inflasi melesat dari tahun sebelumnya atau 2021 yang sebesar 1,87%. Bahkan, inflasi pada 2022 tersebut tercatat menjadi yang tertinggi sejak 2014 atau selama kepemimpinan Jokowi. 

Melihat inflasi pada masa pertama Jokowi, terpantau stabil rata-rata di angka 3%. Menjelang periode dua atau pada 2019 bahkan inflasi berhasil turun ke level 2,72% secara keseluruhan tahun. 

Berbeda jika melihat tren inflasi pada masa presiden keenam RI, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Inflasi terpantau cukup fluktuatif dan sempat mencatatkan di level dua digit. 

SBY mendapatkan warisan inflasi pada 2004 sebesar 6,4%. Pada tahun pertama pemerintahannya atau pada 2005, inflasi melonjak menjadi 17,11%. 

Serupa dengan era Jokowi, meroketnya inflasi akibat SBY mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM pada Maret 2005. 

Alhasil, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat efek signfikan dari kenaikan harga tersebut pada Oktober 2025 dengan inflasi bulanan mencapai 17,89% dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,06%. 

Utamanya, komoditas yang mengalami kenaikan harga sangat dominan selama bulan Oktober 2005 antara lain bensin, minyak tanah, solar, angkutan antar kota, serta angkutan dalam kota. 

Meski demikian, inflasi tahunan pada 2006 dan 2007 kemudian mereda ke level 6%-an dan terpantau kembali melonjak pada 2008 sebesar 11,06% yang bertepatan dengan masa krisis keuangan global. 

Selama SBY menjabat, tercatat hanya tiga kali inflasi berada di bawah 5%, yakni pada 2009 sebesar 2,78%, kemudian pada 2011 sebesar 3,79% dan pada 2012 sebesar 4,3%. 

Pada akhir kepemimpinannya atau pada 2014, SBY membukukan inflasi di angka 8,36%. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper