Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Ramai-ramai Tinggalkan China, Ini Sebabnya

Investor asing tercatat menarik dana keluar dari China sepanjang kuartal II/2024.
Para pekerja melihat kapal kargo yang mendekati terminal di pelabuhan Qingdao di provinsi Shandong, China sebelum pandemi./Reuters
Para pekerja melihat kapal kargo yang mendekati terminal di pelabuhan Qingdao di provinsi Shandong, China sebelum pandemi./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Investor asing tercatat menarik dana keluar dari China sepanjang kuartal II/2024. Keluarnya investasi asing dari negeri Tirai Bambu disebut sebagai sikap pesimisme investor terhadap negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

Mengutip Bloomberg pada Senin (12/8/2024), data Administrasi Valuta Asing Negara (State Administration of Foreign Exchange) China mencatat liabilitas investasi langsung China dalam neraca pembayarannya turun hampir US$15 miliar pada periode April-Juni.

Catatan tersebut menandai kedua kalinya angka investasi menunjukkan penurunan setelah sebelumnya turun sekitar US$5 miliar dalam enam bulan pertama. 

Jika penurunan ini terus berlanjut di sisa 2024, maka ini akan menjadi catatan arus investasi keluar bersih atau net outflow tahunan pertama China setidaknya sejak tahun 1990, ketika data pembanding dimulai.

Investasi asing di China telah merosot dalam beberapa tahun terakhir. Berbalik dari kondisi 2021 ketika negara itu mampu mencatatkan rekor US$344 miliar. Arus keluar investor asing beriringan dengan perlambatan ekonomi dan meningkatnya ketegangan geopolitik yang membuat beberapa perusahaan mengurangi eksposur mereka terhadap pasar China.

Selain itu, peralihan yang cepat ke kendaraan listrik di China juga mengejutkan pabrikan mobil asing, sehingga mereka lebih memilih menarik ataupun mengurangi investasinya.

Penurunan ini terjadi ditengah upaya China untuk menarik dan mempertahankan investasi asing, menyusul peningkatan terkecil yang pernah tercatat pada tahun lalu. Pemerintah China ingin menunjukkan bahwa mereka tetap terbuka dan menarik bagi dunia usaha asing.

Upaya ini dilakukan dengan harapan perusahaan-perusahaan tersebut akan membawa teknologi canggih dan menolak tekanan dari Amerika Serikat dan negara lain untuk memisahkan diri dari China. 

Data dari SAFE, yang melacak arus investasi, dapat mencerminkan tren keuntungan perusahaan asing, serta perubahan skala operasi mereka di China. Perusahaan multinasional memiliki lebih banyak alasan untuk menyimpan uang tunai di luar negeri dibandingkan di China.

Hal tersebut karena negara-negara maju telah menaikkan suku bunga, sementara China menurunkan suku bunga untuk menstimulasi perekonomian.

Sebelumnya, data dari Kementerian Perdagangan China juga menunjukkan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) baru ke China selama paruh pertama 2024 adalah yang terendah sejak pandemi covid-19 pada 2020.

Gencar Investasi Ke Luar

Sebaliknya, perusahaan-perusahaan China semakin gencar berinvestasi ke luar negeri. Hal tersebut terlihat dari nilai investasi keluar China yang mencapai juga mencapai rekor, dengan perusahaan mengirimkan US$71 miliar ke luar negeri pada kuartal II/2024, naik lebih dari 80% dari US$39 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Perusahaan-perusahaan China kebanyakan mengalirkan investasinya ke proyek-proyek seperti kendaraan listrik dan pabrik baterai.

Data tersebut juga menunjukkan anomali dalam pengukuran surplus perdagangan China terus meningkat. Tercatat surplus perdagangan China mencapai rekor sebesar US$$87 miliar pada kuartal II/2024 dan mencapai hampir US$150 miliar pada paruh pertama 2024.

Selisih yang sangat besar tersebut menjadi sorotan Departemen Keuangan AS pada awal tahun ini yang meminta China untuk mengklarifikasi mengapa angkanya sangat berbeda.

Adapun, laporan terbaru dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyebut, disparitas tersebut tampaknya terutama disebabkan oleh perbedaan metodologi yang digunakan untuk mencatat ekspor dan impor barang. 

Kesenjangan tersebut semakin besar setelah adanya peralihan data yang digunakan oleh otoritas China pada dua tahun lalu. Hal tersebut turut didorong oleh peningkatan produksi baru-baru ini di kawasan berikat oleh perusahaan asing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper