Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi proyeksi ekonomi Indonesia dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang pada lima tahun ke depan hanya akan tumbuh stagnan di 5,1%.
Airlangga menyampaikan bahwa proyeksi dari lembaga internasional yang jauh lebih rendah dari target presiden terpilih Prabowo Subianto sebesar 8% tersebut, hanyalah proyeksi sementara.
“Namanya proyeksi IMF, tidak perlu khawatir. Setiap tahun akan ada perubahan,” tuturnya kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (8/8/2024).
Dirinya pun turut memastikan pemerintah akan terus menjaga kondisi fiskal agar tetap sehat pada pemerintahan berikutnya.
Untuk tahun ini, Airlangga optimistis ekonomi Indonesia akan mampu tumbuh sesuai target pemerintah di angka 5,2% secara full year, meski IMF meramalkan pada level 5%.
“Kami juga punya proyeksi 5,2%, tentu kita akan tingkatkan kembali. Optimis [capai 5,2% akhir tahun],” lanjutnya.
Baca Juga
Dalam laporan IMF Country Report No. 204/270 yang terbit pada 7 Agustus 2024, lembaga internasional tersebut memberikan proyeksi yang stagnan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% pada 2025 hingga 2029.
Secara umum, IMF menilai kerangka kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan Indonesia telah memberikan landasan bagi stabilitas makro dan manfaat sosial. Kebijakan-kebijakan pemerintah dinilai berhasil fasilitasi pemulihan ekonomi dari guncangan global sejak 2020 atau pandemi Covid-19.
Menurut IMF, pertumbuhan Indonesia tetap kuat meskipun ada hambatan eksternal. Kemudian inflasi rendah dan terkendali dengan baik, sektor keuangan tangguh, serta kebijakan umumnya sudah diambil secara teliti dan diarahkan untuk menjadi penyangga.
Datarnya tren pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun ke depan atau pada pemerintahn presiden terpilih kelal, akibat ekspor sektor riil akan tumbuh lebih lambat. Meski demikian, IMF meyakini impor akan pulih sejalan dengan dinamika permintaan domestik.
IMF mewanti-wanti bahwa risiko global yang akan berdampak pada ekonomi Indonesia, mulai dari volatilitas harga komoditas, perlambatan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, atau spillover dari suku bunga kebijakan yang tinggi
“Dari sisi domestik, melemahnya kerangka kerja makro-fiskal yang telah lama ada dapat menghambat kredibilitas kebijakan,” tulis IMF.