Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo Incar Ekonomi Tumbuh di Atas 8%, Lembaga di Singapura Bilang Sulit

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya mencapai 5,7% secara rata-rata dalam 10 tahun ke depan atau mulai 2024 hingga 2034.
Petugas kantin tengah menyiapkan makan siang gratis bagi anak sekolah SMPN 2 Curug, Tangerang, Kamis (29/2/2024). Makan siang gratis menjadi janji politik dari pemerintahan Prabowo - Gibran./Bisnis - Annasa Rizki Kamalina
Petugas kantin tengah menyiapkan makan siang gratis bagi anak sekolah SMPN 2 Curug, Tangerang, Kamis (29/2/2024). Makan siang gratis menjadi janji politik dari pemerintahan Prabowo - Gibran./Bisnis - Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya mencapai 5,7% secara rata-rata dalam 10 tahun ke depan atau mulai 2024 hingga 2034. Ramalan ini jauh di bawah target yang dicanangkan presiden terpilih Prabowo Subianto yang menyasar pertumbuhan 8%.

Proyeksi ekonomi yang tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini dilakukan oleh Angsana Council, Bain & Company, dan bank terbesar dari Singapura, DBS, yang dipublikasikan dalam laporan Navigating High Winds: Southeast Asia Outlook 2024-2034.

Dalam laporan itu disebut tingkat pertumbuhan Indonesia tersebut lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi rata-rata Vietnam dan Filipina yang masing-masing mencapai 6,6% dan 6,1% pada periode yang sama.

Namun demikian, Indonesia dinilai masih memiliki potensi yang besar untuk bisa melampaui perkiraan pertumbuhan tersebut atau di atas 5,7%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan didukung oleh empat faktor utama, pertama, pengolahan komoditas logam dasar, pertambangan, juga pembangunan infrastruktur yang meningkat pesar.

Kedua, belanja infrastruktur yang meningkat. Ketiga peningkatan dari sisi kewirausahaan dan disrupsi yang didukung oleh teknologi, serta keempat yaitu pertumbuhan populasi dan tenaga kerja.

Sementara itu, terdapat juga empat faktor yang dinilai akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi satu dekade ke depan, pertama, aktivitas nilai tambah sektor manufaktur yang rendah, di luar komoditas.

Kedua, harga komoditas yang cenderung turun. Ketiga, sisi kebijakan yang diperkirakan berpotensi lebih populis. Kemudian, keempat, pemerintah ke depan yang dinilai akan mengadopsi kebijakan yang cenderung bersifat proteksionis.

Di sisi lain, dinamika politik di dalam negeri juga masih perlu diperhatikan, yang nantinya akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

“Presiden Joko Widodo mempercepat pembangunan infrastruktur, mendukung hilirisasi nikel, dan mengelola kepentingan kompleks negara kepulauan yang beragam dan terus berkembang, masih harus dilihat apakah [presiden terpilih] Prabowo akan melanjutkan prioritas pro-pertumbuhan,” seperti tertulis dalam laporan tersebut, yang dikutip Rabu (7/8/2024).

Lebih lanjut, Kebijakan di Indonesia juga dinilai sulit untuk diprediksi dan dapat berubah secara tiba-tiba, misalnya arah peraturan belum lama ini yang cenderung melindungi pasar dan produsen lokal. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper