Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Tekstil Merana, Indef Minta Pemberian HGBT Merata Tanpa Ada Kuota

Pemerintah diharapkan memberikan HGBT terhadap seluruh perusahaan yang bergerak di tujuh subsektor tersebut.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN

Bisnis.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) tetap perlu diberikan khususnya hulu tekstil secara merata dan tanpa adanya kuota.

“Mengenai HGBT, ini perlu tetap diberikan khususnya hulu tekstil tanpa adanya gimmick macam-macam,” kata Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho dalam Diskusi Publik Indef, Kamis (8/8/2024).

Untuk diketahui, pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.121/2020 tentang Penetapan Harga Gas Bumi menetapkan harga gas bumi sebesar US$6 per million british thermal unit (MMBtu) untuk 7 subsektor industri. Ketujuh subsektor industri itu antara lain pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.

Heri mengharapkan, implementasi pemberian HGBT harus sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan di awal, sebagaimana tercantum dalam Perpres No.121/2020 dan tanpa ada pembatasan kuota pemakaian gas. 

Selain itu, pemerintah diharapkan memberikan HGBT terhadap seluruh perusahaan yang bergerak di tujuh subsektor tersebut. Pasalnya, dia menemukan bahwa tidak semua perusahaan di subsektor ini mendapat HGBT.

“Ini yang terjadi, pemerintah memberikan HGBT tetapi tidak semua perusahaan dalam sektor ini yang mendapat HGBT,” ungkapnya. 

Heri juga meminta pemerintah untuk memberikan sejumlah insentif yang dapat mendukung operasional industri tekstil. Misalnya, jika ada diskon biaya listrik, industri diizinkan untuk mengangsur guna mempertahankan cashflow perusahaannya.

Cashback investasi juga perlu diperbesar. Misalnya, kata dia, dengan memfasilitasi peningkatan teknologi yang kerap dikeluhkan oleh pemerintah, sebagaimana dilakukan oleh China dan Amerika Serikat.

Lalu dari sisi pemberian kredit modal kerja. Heri mengungkapkan bahwa perbankan saat ini sulit untuk memberikan kredit modal kerja kepada industri tekstil. “Jadi dianggapnya ini sunset industry, risikonya terlalu beras,” ujarnya. 

Menurutnya, Bank Himbara perlu mendapat jaminan dari pemerintah sehingga industri tekstil dapat dengan mudah mendapat kredit modal kerja. Mengingat, industri tekstil juga membutuhkan kredit dalam melakukan ekspansi atau mempertahankan operasionalnya.

“Kalau mereka sulit mendapat pendanaan, gimana mereka mau bertahan dan bisa ekspansi. Jadi kebutuhan terkait permodalan ini cukup penting,” pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper