Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) memastikan tidak akan ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seiring dengan tahapan penggunaan BBM rendah sulfur dibawah 50 ppm atau Euro 4.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan meskipun kualitas BBM akan naik kelas, pemerintah belum berencana mengerek naik BBM.
"Jadi kita nggak ada rencana untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Jadi BBM bersubsidinya harganya sama, yang kita inginkan sebenarnya adalah kualitasnya secara bertahap bisa naik," kata Rachmad, Senin (5/8/2024).
Pemerintah tengah menggodok kebijakan baru yang mengatur distribusi BBM subsidi melalui revisi Peraturan Pemerintah (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Di sisi lain, pemerintah juga mendorong subsidi BBM tepat sasaran dengan kelompok prioritas seperti UMKM, nelayan, pengendara motor, hingga angkutan umum.
"Tapi di satu sisi lainnya, tadi mungkin ada golongan-golongan yang harusnya sudah bisa kita minta lah keikhlasan mereka untuk jangan lah pakai BBM bersubsidi. Disitu lah yang mungkin akan tidak boleh lagi beli karena memang filosofinya begitu," ujarnya.
Baca Juga
Terlebih, dia melihat fenomena bahwa BBM subsidi lebih banyak dikonsumsi oleh pengguna mobil dibandingkan motor. Berdasarkan catatannya, pengguna mobil menerima subsidi BBM 4,3-13,1 kali lebih besar daripada kendaraan roda dua.
Padahal, subsidi BBM diberikan untuk menjaga daya beli kelompok masyarakat yang lemah. Sementara, selama ini dia melihat mobil diesel yang justru bisa menikmati subsidi lebih besar.
"Walaupun dia [diesel] lebih hemat, asumsinya 30% lebih hemat, dia bisa dapat 11 liter sampai 13 liter. Padahal nggak ada mobil diesel yang LCGC. Mobil diesel mau beli yang mana, Pajero Sport, Fortuner, Land Cruiser. Nggak ada Agya diesel kan. Jadi orang yang naik itu dapat 11-13 liter, itu yang terus terang mengusik rasa keadilan," pungkasnya.