Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap bahwa industri pakaian, yang belakangan diterpa isu PHK massal, menjadi salah satu sektor yang mengalami perlambatan dan berpengaruh ke stagnasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Laporan tersebut disampaikan oleh Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud dalam Rilis BPS di Kantor BPS RI, Jakarta Pusat pada Senin (5/8/2024).
"Sub komponen secara YoY mengalami perlambatan seperti pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan, sub komponen kesehatan dan pendidikan, serta transportasi dan komunikasi, dan lainnya," jelas Edy.
Dia tidak menampik, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama tiga kuartal terakhir selalu di bawah 5%. Padahal, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB).
Terbaru, pada kuartal II/2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,93%. Sementara itu, distribusinya mencapai 54,53%.
Perlambatan industri pakaian ini sejalan dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang belakangan terjadi. BPJS Ketenagakerjaan misalnya, yang mengungkapkan sebanyak 46.001 peserta dari sektor industri pakaian jadi dan tekstil tercatat tidak lagi menjadi peserta akibat adanya PHK massal.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR pada Selasa (2/7/2024), Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo menyampaikan peserta aktif di beberapa sektor seperti industri pakaian jadi dan tekstil dalam tren menurun sejak Januari 2023 hingga Mei 2024.
Dalam paparan yang disampaikan Anggoro, peserta aktif di sektor industri pakaian jadi turun 4,27% sejak Januari 2023 hingga Mei 2024 atau berkurang 24.996 peserta selama periode tersebut.
Dengan adanya pengurangan tersebut, peserta aktif dari sektor ini tercatat sebanyak 559.869 peserta menurut data Mei 2024 dari sebelumnya 584.865 peserta di Januari 2023.
Selain itu, PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) juga menutup pabrik Purwakarta dan memberhentikan karyawannya pada akhir April lalu. Alasannya, BATA terus mengalami kerugian dan permintaan produk turun.