Bisnis.com, JAKARTA – Konsensus ekonom Bloomberg meramalkan kinerja inflasi pada Juli 2024 akan melanjutkan tren penurunan secara tahunan (year-on-year/yoy) menuju level terendah sepanjang tahun ini.
Tercatat dari 27 ekonom yang tergabung dalam konsensus Bloomberg, angka rerata estimasi inflasi Juli 2024 sebesar 2,37% (yoy) atau lebih rendah dari capaian inflasi Juni 2024 yang sebesar 2,51%.
Estimasi tertinggi inflasi Juli 2024 berada di angka 2,6% yang diramalkan oleh ING Groep NV dan Deutsche Bank AG.
Sementara estimasi terendah dikeluarkan oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David E. Sumual, dengan angka 2,17% (yoy).
David melihat memang terdapat indikasi pelemahan daya beli masyarakat di tengah melandainya inflasi, namun hal tersebut lebih didorong pada harga pangan yang turun.
Sementara inflasi inti diperkirakan naik, yang didorong oleh harga emas yang secara tahunan masih meningkat, dan komponen pendidikan yang juga akselerasi di masa tahun ajaran baru.
"Harga cabai merah, bawang merah, daging ayam dan juga hampir seluruh bahan pangan turun [kecuali beras stabil]," tuturnya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2024).
Meski secara tahunan diproyeksi laju inflasi melandai, rerata proyeksi secara bulanan atau month-to-month(mtm) dari 16 ekonom Bloomberg justru menunjukkan inflasi lebih tinggi dari bulan sebelumnnya yang deflasi sebesar 0,08%, menjadi inflasi 0,03%.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede melihat laju inflasi akan menuju deflasi pada Juli 2024.
Dirinya memperkirakan inflasi Juli 2024 akan mencatatkan deflasi sebesar -0,07% (mtm), yang melanjutkan tren deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya, yang masing-masing sebesar -0,08% mtm pada Juni 2024 dan -0,03% mtm pada Mei 2024.
“Kami memperkirakan pada bulan Juli 2024 akan kembali mengalami deflasi sejalan dengan penurunan signifikan pada beberapa harga komoditas pangan,” katanya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2024).
Di samping deflasi yang bakal terjadi, kelompok harga bergejolak alias volatile food masih akan menunjukkan peningkatan di pertengahan tahun ini.
Tren Inflasi 2024 | ||
---|---|---|
Bulan | Inflasi (%/yoy) | Inflasi (%/mtm) |
Januari | 2,57 | 0,04 |
Februari |
2,75 | 0,37 |
Maret |
3,05 | 0,52 |
April | 3 | 0,25 |
Mei |
2,84 | 0,03 |
Juni |
2,51 | -0,08 |
Year-yo-date |
1,07 |
Sumber: BPS, diolah
Berbeda dengan Josua, Kepala Ekonom PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo memperkirakan inflasi Juli akan lebih tinggi dari konsensus di angka 2,72% (yoy) dan 0,4% (mtm).
“Peningkatan inflasi tersebut terutama didorong oleh kelompok inti seiring dengan masih terus naiknya harga emas yang cukup tinggi,” ujarnya, Rabu (31/7/2024).
Banjaran melihat mayoritas harga pangan juga diperkirakan masih meningkat, terutama beras premium, cabai rawit, dan minyak goreng.
Di sisi lain, peningkatan harga kelompok administered price dirinya perkirakan sedikit turun sejalan dengan telah berakhirnya masa libur sekolah.
Sementara asumsi pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam prognosis APBN 2024 mematok inflasi keseluruhan tahun ini berada di rentang 2,7% hingga 3,2%.
Sementara hingga semester I/2024, ingkat inflasi year to date (ytd) per akhir Juni 2024 berada di level 1,07%.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan capaian inflasi Juli 2024 pada Kamis, (1/8/2024) pukul 11.00 WIB.
Adapun, Lembaga Pemeringkatan Standard & Poor's (S&P) Global Ratings menilai Bank Indonesia telah mengelola inflasi yang kurang lebih sama dengan negara-negara lain di kawasan ini. Khususnya, tekanan harga secara umum telah terkendali dengan baik sejak awal tahun 2010.
“Target inflasi Indonesia di tahun 2024 adalah 1,5%-3,5%, dan kami memperkirakan inflasi harga konsumen akan mencapai rata-rata 2,8% di tahun 2024, dan 3,0% di tahun 2025,” tulis S&P dalam laporan terbarunya, dikutip Rabu (31/7/2024).
Estimasi Inflasi Juli 2024 berdasarkan Ekonom Bloomberg
Ekonom | Perusahaan | Estimasi (%/yoy) |
---|---|---|
Miguel Chanco | Pantheon Macroeconomics Ltd | 2,4 |
Tamara Mast Henderson | Bloomberg LP | 2,47 |
Cimb Ltd | 2,44 | |
Krystal Tan | Australia & New Zealand Banking Grp. | 2,35 |
Aldian Taloputra | Standard Chartered Bank | 2,2 |
Brian Tan | Barclays Bank PLC | 2,45 |
Helmi Arman | Citigroup Securities Indonesia | 2,41 |
David E Sumual | Bank Central Asia Tbk PT | 2,17 |
Lavanya Venkateswaran | Oversea-Chinese Banking Corp Limited | 2,4 |
Rully Arya Wisnubroto | Pt Mirae Asset Sekuritas Indonesia | 2,38 |
Gareth Leather | Capital Economics Ltd | 2,5 |
Hosianna Evalita Situmorang | Bank Danamon PT | 2,27 |
Goldman Sachs & Co LLC | 2,4 | |
Euben Paracuelles | Nomura Singapore Limited | 2,3 |
Sin Beng Ong | JP Morgan Chase Bank NA | 2,3 |
ING Groep NV | 2,6 | |
Lionel Priyadi | PT Mega Capital Indonesia | 2,3 |
Fikri C Permana | KB Valbury Sekuritas | 2,35 |
Josua Pardede | PT Bank Permata Tbk | 2,24 |
Deutsche Bank AG | 2,6 | |
Radhika Rao | DBS Bank Ltd | 2,4 |
Juniman Juniman | PT Bank Maybank Indonesia Tbk | 2,49 |
Bank Negara Indonesia Persero Tbk | 2,28 | |
Helmy Kristanto | Danareksa Securities PT/Jakarta | 2,18 |
Bank Mandiri Persero Tbk PT | 2,3 | |
Renno Prawira | PT Ciptadana Sekuritas Asia | 2,35 |
Chris Poh | BNP Paribas | 2,4 |
Sumber: Bloomberg