Bisnis.com, JAKARTA - Harga beras mulai merangkak naik memasuki seiring panen yang mulai menyusut. Realisasi impor beras tercatat 2,5 juta ton hingga akhir Juli 2024.
Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik, Perum Bulog, Epi Sulandari mengakui bahwa secara historis harga beras mulai merangkak naik di paruh kedua seiring pasokan beras ke pasar yang mulai berkurang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras pada pekan keempat Juli 2024 tercatat sebesar Rp15.134 per kilogram atau naik 0,78% dibandingkan harga rata-rata pada Juni 2024. Terdapat 120 wilayah atau 33,33% wilayah mengalami kenaikan harga beras pada pekan keempat Juli 2024.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan jumlah wilayah yang mengalami kenaikan harga beras pekan sebelumnya sebanyak 116 kabupaten/kota.
"Memang bulan-bulan ini umumnya terjadi kenaikan harga, memang suplai akan berkurang karena panen sudah semakin selesai," ujar Epi dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Senin (29/7/2024).
Epi membeberkan sederet upaya Perum Bulog untuk menahan laju kenaikan harga beras. Salah satunya dengan penguatan stok beras. Dia menyebut, hingga 27 Juli 2024, realisasi pengadaan beras dari dalam negeri tercatat sebanyak 768.716 ton, dengan rincian 613.724 ton merupakan beras cadangan pemerintah (CBP) dan 154.992 ton beras komersial.
Baca Juga
Selain itu, Epi mengatakan realisasi impor beras per hari ini telah mencapai 2,5 juta ton dari kuota tahun ini sebanyak 3,6 juta ton. Dengan begitu, total stok beras yang dikuasai Bulog saat ini mencapai 1,61 juta ton.
Epi mengeklaim bahwa pihaknya melalui kantor wilayah dan cabang Bulog juga telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) untuk menyusun strategi pengendalian harga beras di berbagai wilayah. Meningkatkan pasokan beras stabilisasi pasokan dan harga (SPHP) ke pasar juga terus digencarkan.
Dia menyebut hingga 27 Juli 2024, realisasi penyaluran beras SPHP tercatat mencapai 913.030 ton mengalami peningkatan dari penyaluran beras SPHP pada Juni 2024 sebanyak 73.299 ton. Secara terperinci, proporsi realisasi SPHP paling banyak disalurkan lewat pengecer hingga 60,9%, distributor 33,6%, Satgas Pangan 3,9%, dan pemerintah daerah 1,4%.
Di samping itu, kata Epi, Perum Bulog tengah bersiap untuk penyaluran bantuan pangan beras tahap III yang dijadwalkan pada Agustus Oktober 2024 kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
"Kita berharap dengan mulai tersalurkan bantuan pangan ini maka akan berdampak pada berkurangnya permintaan beras di pasar oleh 22 juta KPM yang menjadi target penerima bantuan pangan," ucapnya.