Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risalah FOMC: Pejabat The Fed Akui Ekonomi AS Melambat dan Tekanan Inflasi Menurun

Para pejabat The Fed mengakui ekonomi AS tampak melambat dan tekanan harga berkurang.
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg

Bisnis.comJAKARTA - Dalam pertemuan terakhir di Risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) para pejabat Federal Reserve (The Fed) mengakui bahwa adanya perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan berkurangnya tekanan harga. 

Risalah yang dirilis Rabu (3/7/2024) menunjukkan pelemahan indeks harga konsumen Mei 2024 sebagai salah satu dari beberapa perkembangan di pasar produk dan tenaga kerja yang memperkuat pandangan bahwa inflasi sedang turun.

Kemudian, beberapa peserta mencatat mengenai pertumbuhan upah yang melambat, sementara lainnya menggarisbawahi pemangkasan harga di antara para pengecer besar. Laporan dari kontak bisnis mereka juga menunjukkan kekuatan penetapan harga yang menurun. 

Meskipun narasi menunjukkan keyakinan bahwa inflasi mengalami penurunan, para pembuat kebijakan bank sentral AS belum siap untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga.

“[Para pejabat] tidak menduga bahwa akan tepat untuk menurunkan kisaran target suku bunga dana federal hingga informasi tambahan muncul untuk memberi mereka keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak berkelanjutan menuju [target 2%],” jelas risalah tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/7/2024). 

Pada saat pertemuan, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi dilaporkan sebesar 2,7% untuk April 2024 secara tahunan.

Para pembuat kebijakan menilai pembacaan tersebut masih tinggi dan hanya menunjukkan peningkatan kecil sejak pertemuan terakhir. Hal ini menjadi sebuah fakta yang membenarkan kebijakan moneter ketat yang berkelanjutan, meskipun ekonomi tampak melambat dan tekanan harga mereda. 

Adapun, menurut risalah, mayoritas peserta menilai pertumbuhan ekonomi mulai mendingin dan kebijakan saat ini dianggap restriktif, yang kemungkinan besar akan menekan ekonomi dan inflasi lebih lanjut.

Dalam pemungutan suara untuk mempertahankan suku bunga dalam kisaran 5,25%-5,50%, peserta mencatat bahwa kemajuan dalam mengurangi inflasi tahun ini lebih lambat dibandingkan dengan yang mereka harapkan pada Desember 2023 lalu. 

Kemudian, sebagian peserta juga menekankan perlunya kesabaran sebelum memangkas suku bunga. Beberapa mengutip kemungkinan perlunya menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi melonjak kembali. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper