Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom dan beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed) semakin khawatir bahwa kesulitan mungkin akan dihadapi pekerja Amerika Serikat (AS) karena pasar tenaga kerja mulai melemah.
Perusahaan-perusahaan memposting lebih sedikit lowongan pekerjaan tahun ini dan karyawan yang keluar lebih sedikit karena pengangguran mulai merangkak naik dari tingkat yang rendah. Hal ini menandakan berakhirnya kondisi pasar tenaga kerja yang sangat ketat yang menjadi ciri pemulihan cepat dari guncangan pandemi.
Kuatnya perekrutan telah membantu ekonomi bertahan dari pengetatan agresif oleh The Fed, yang meningkatkan suku bunga ke level tertinggi dalam dua dekade.
Adapun, dengan inflasi yang masih di atas target 2% bank sentral, ada kekhawatiran bahwa pelemahan lebih lanjut dalam kondisi tenaga kerja bisa berdampak besar dan mengancam pertumbuhan ekonomi.
Risiko Baru Selain Inflasi
Pejabat Fed sebagian besar masih optimistis tentang kondisi pasar tenaga kerja, meskipun mereka mulai mengakui meningkatnya risiko.
Ketua The Fed San Francisco Mary Daly dalam pidatonya 24 Juni 2024 menuturkan bahwa pada titik ini inflasi bukan menjadi satu-satunya risiko yang dihadapi.
Baca Juga
"Perlambatan pasar tenaga kerja di masa mendatang dapat mengakibatkan pengangguran yang lebih tinggi, karena perusahaan perlu menyesuaikan tidak hanya lowongan pekerjaan tetapi juga pekerjaan aktual," jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/7/2024).
Gubernur The Fed Jerome Powell kemudian juga sempat menuturkan bahwa apa yang membuatnya terjaga di malam hari adalah keseimbangan yang rumit dalam mengendalikan inflasi dan menghindari kemerosotan signifikan di pasar tenaga kerja.
"Kami sangat memahami bahwa kami memiliki risiko dua sisi, dan kami harus mengelolanya," jelas Powell selama panel bersama Presiden ECB Christine Lagarde dan kepala bank sentral Brasil Roberto Campos Neto pada Selasa waktu setempat (2/7).
Adapun, Kepala Ekonom AS di High Frequency Economics Rubeela Farooqi mengatakan bahwa perubahan dalam prospek pasar tenaga kerja dapat berimplikasi besar bagi arah ekonomi dan kebijakan moneter.
Seorang headhunter dan pelatih eksekutif di St Petersburg, Florida, Kelly Born juga menuturkan bahwa mencari pekerjaan kini sering kali memakan waktu dua hingga lima bulan, dibandingkan dengan satu atau dua bulan pada 2021 dan 2022
Menurutnya, kini pengusaha kini lebih berhati-hati dan lebih selektif terhadap siapa yang mereka pekerjaan. Mereka yang sudah bekerja juga lebih waspada untuk meninggalkan posisi yang stabil demi peluang baru karena mereka tidak ingin menganggur dalam kondisi pasar saat ini.