Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Menyempit, Apindo: Fasilitasi Ekspor Perlu Digenjot

Apindo menilai fasilitasi ekspor perlu ditingkatkan usai surplus neraca perdagangan Indonesia per Mei 2024 mulai menyempit.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia melalui aktivitas ekspor impor bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia melalui aktivitas ekspor impor bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah untuk meningkatkan pendampingan dan fasilitasi ekspor ke negara-negara non tradisional guna menggenjot kinerja ekspor Indonesia.

Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menyampaikan, peningkatan fasilitasi ekspor ini utamanya diarahkan pada negara-negara yang masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil maupun membaik di kawasan timur atau selatan, atau kawasan Asia Pasifik yang logistik perdagangannya relatif lebih stabil dibanding ke kawasan Timur Tengah, Eropa, atau Afrika.

“Dengan demikian, kinerja ekspor bisa lebih stabil dan lebih sustainable pertumbuhannya di masa mendatang,” kata Shinta, Rabu (19/6/2024).

Di sisi lain, Shinta mengungkap bahwa saat ini kinerja ekspor manufaktur cukup sulit untuk ditingkatkan. Pasalnya, selain permintaan yang lemah dan daya saing ekspor Indonesia terganggu akibat logistik perdagangan yang semakin mahal, sektor ini makin tertekan karena depresiasi nilai tukar Rupiah yang semakin dalam.

Hal ini telah berimbas pada produktivitas ekspor manufaktur lantaran menyebabkan beban pokok produksi naik signifikan, mengingat industri manufaktur umumnya masih harus mengimpor bahan baku/penolong produksi.

“Karena itu, kami harap pemerintah bisa meningkatkan upaya-upaya intervensi pasar untuk menciptakan stabilitas dan penguatan nilai tukar,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca dagang Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$2,93 miliar pada Mei 2024. Angka tersebut sedikit meningkat dibanding April 2024 yang tercatat surplus sebesar US$2,72 miliar.

Diketahui ekspor sepanjang Mei 2024 mencapai US$22,33 miliar atau meningkat 13,82% dibanding April 2024. Secara tahunan, ekspor Indonesia turun 2,86% dibanding Mei 2023 yang tercatat sebesar US$21,71 miliar.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan, peningkatan kinerja ekspor pada Mei 2024 ini didorong oleh meningkatnya ekspor nonmigas, utamanya komoditas mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya sebesar 26,66% dengan andil 1,34%, bijih logam terak dan abu sebesar 25,96% dengan andil 1,09%, kendaraan dan bagiannya sebesar 26,8% dengan andil 1%.

Sementara, nilai impor pada Mei 2024 mencapai US$19,40 miliar atau naik 14,82% dibanding April 2024. Secara tahunan, nilai tersebut tercatat turun sebesar 8,83%.

Adapun nilai impor migas secara bulanan tercatat mencapai US$2,75 miliar atau turun sebesar 7,91% pada Mei 2024. Sementara, nilai impor nonmigas mencapai US$16,65 miliar atau meningkat 19,7% (month-to-month/mtm).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper