Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Wanti-wanti Risiko Global Masih Negatif, Ini Pemicunya

Bank Dunia memberi sinyal bahwa risiko ekonomi global saat ini cenderung negatif. Simak faktor-faktornya.
Bank Dunia atau World Bank
Bank Dunia atau World Bank

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia atau World Bank dalam laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2024 menuturkan bahwa risiko ekonomi global masih cenderung negatif, meskipun ada kemungkinan beberapa kejutan yang positif. 

Dalam laporan yang dirilis Rabu (12/6/2024), Bank Dunia menyebutkan ketegangan geopolitik yang meningkat dapat menyebabkan harga komoditas bergejolak, sementara fragmentasi perdagangan lebih lanjut berisiko menyebabkan gangguan tambahan pada jaringan perdagangan.

Kemudian, Bank Dunia juga mengingatkan ketidakpastian kebijakan perdagangan telah mencapai tingkat yang sangat tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan pemilihan umum (pemilu) di seluruh dunia sejak 2000. 

Inflasi terus menerus juga dapat menyebabkan penundaan dalam pelonggaran moneter. Suku bunga yang tinggi juga akan meredam aktivitas global. 

Beberapa perekonomian besar juga berisiko tumbuh lebih lambat dari perkiraan karena berbagai tantangan domestik. Bencana alam tambahan yang berkaitan dengan perubahan iklim juga dapat menghambat aktivitas ekonomi. 

“Di sisi positifnya, inflasi global dapat lebih cepat moderat daripada yang diasumsikan pada baseline, sehingga memungkinkan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih cepat. Selain itu, pertumbuhan di Amerika Serikat bisa jadi lebih kuat dari yang diperkirakan,” tulis laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2024, yang dikutip pada Kamis (13/6). 

Saran dari Bank Dunia 

Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Dunia kemudian memberikan sejumlah saran baik di tingkat global dan nasional. 

Di tingkat global, menurutnya, perlu untuk memprioritaskan dalam menjaga perdagangan, mendorong transisi hijau dan digital, memberikan keringanan utang dan meningkatkan ketahanan pangan. 

Kemudian, di tingkat nasional, risiko inflasi yang terus-menerus menggarisbawahi perlunya kebijakan moneter Pasar Negara Berkembang dan Ekonomi Berkembang (EMDE) untuk tetap berfokus pada stabilitas harga. 

Utang yang tinggi dan meningkatnya biaya pembayaran utang dinilai mengharuskan para pembuat kebijakan mencari cara untuk meningkatkan investasi berkelanjutan, sembari memastikan keberlanjutan fiskal. 

Lalu, untuk mencapai tujuan pembangunan dan mendukung pertumbuhan jangka panjang, World Bank menuturkan perlunya kebijakan struktural. 

Menurut Bank Dunia hal tersebut perlu dilakukan untuk untuk meningkatkan pertumbuhan produktivitas, efisiensi investasi publik, membangun sumber daya manusia, dan menutup kesenjangan gender di pasar tenaga kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper