Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia membuka peluang kerja sama perdagangan alat utama sistem senjata (alutsista) dengan Turki.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Turki, Omer Bolat menyampaikan keinginannya menjalin kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Turki di bidang sistem persenjataan. Menurutnya, pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh Prabowo-Gibran juga bakal mengutamakan hubungan dagang dengan Turki.
"Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang stabil, pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, dan inflasi yang terkendali, saya yakin kerja sama dengan Turki dapat ditingkatkan khususnya di bidang pertahanan dan alutsista,” ujar Zulhas dikutip dari keterangan resmi, Selasa (11/6/2024).
Zulhas mengakui Turki menjadi salah satu negara yang unggul di bidang pertahanan. Menurutnya, banyak perusahaan di sektor pertahanan Turki yang tengah berkembang.
Sejumlah alutsista yang bisa dipasok oleh Turki, kata Zulhas, antara lain drone, frigate, helikopter, dan pesawat tempur.
Bahkan, Zulhas yang juga merupakan ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu pun mengeklaim, peluang kerja sama dengan Turki juga dapat ditingkatkan melalui investasi sektor konstruksi Turki dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca Juga
Oleh karen itu, dalam pertemuan bilateral tersebut Zulhas juga mendorong agar penyelesaian perundingan kerja sama kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan Turki (IT CEPA) dapat dipercepat usai mandek selama empat tahun akibat pandemi Covid-19.
"Semoga tahun ini atau tahun depan Presiden terpilih, Pak Prabowo, bisa berkunjung ke Turki dan ada kesepakatan yang terjadi, termasuk kerja sama konkret di industri pertahanan,” ucap Zulhas.
Sementara itu, Mendag Turki, Bolat mendukung peluang kerja sama bidang pertahanan dan alutsista dengan Indonesia. Menurutnya, beberapa perusahaan produsen alutsista asal Turki siap memenuhi kebutuhan Indonesia. Salah satunya, kata Bolat, drone merek ANKA yang menjadi salah satu produk unggulang ekspor Turki.
"Turki mengundang Indonesia agar bisa menandatangani nota kesepahaman (MoU) sebagai jaminan untuk para investor,” katanya.
Selain itu, pihak Turki juga menginginkan adanya peningkatan jumlah penerbangan langsung antara Turki dan Indonesia untuk mendongkrak pertemuan bisnis kedua negara hingga kunjungan wisatawan.
Dalam kesempatan itu, pihak Turki juga menyampaikan harapannya agar tercipta kerja sama dengan Indonesia ihwal sertifikat halal dalam kerangka kerja sama bilateral maupun Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Untuk diketahui, berdasarkan data Kemendag, pada 2023 total perdagangan Indonesia dengan Turki sebesar US$2,14 miliar. Ekspor Indonesia ke Turki pada 2023 tercatat sebesar US$1,54 miliar dan impor Indonesia dari Turki US$598,20 juta.
Dengan begitu, Indonesia surplus perdagangan sebesar US$940,10 juta. Adapun, tren perdagangan kedua negara dalam lima tahun terakhir (2019—2023) tumbuh sebesar 14,84%.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Turki antara lain produk canai dari baja tahan karat (US$235,40 juta), minyak kelapa sawit dan turunannya (US$191,51 juta), produk setengah jadi besi baja bukan paduan (US$176,15 juta), karet alam (US$91,51 juta), dan produk serat stapel artifisial (US$81,51 juta).
Sementara, komoditas impor utama Indonesia dari Turki meliputi turbo-jet, turbo baling-baling, turbin gas (US$80,80 juta); minyak bumi dan minyak dari bitumen, mentah (US$80,37 juta); tembakau yang tidak dipabrikasi (US$37,32 juta); karbonat, pekarbonat, amonium karbonat (US$33,51 juta); serta mesin sentrifungal (US$26,68 juta).
Adapun, nilai investasi Turki di Indonesia pada 2023 tercatat sebesar US$11,82 juta, meningkat 151,60% dibandingkan tahun 2022. Jumlah proyek investasi Turki di Indonesia pada 2023 yaitu sebanyak 198 proyek, atau meningkat sebesar 247,73%.