Bisnis.com, JAKARTA –- Dampak inflasi kepada perekonomian per Mei 2024 diperkirakan melandai seiring sejumlah komponen mengalami pelemahan harga alias deflasi.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan inflasi pada Mei 2024 akan mencapai 2,98% secara tahunan (year-on-year/yoy).
"Proyeksi inflasi pada Mei 2024 menunjukkan sedikit penurunan dari inflasi 3,00% yoy yang tercatat pada April 2024," ujar Andry.
Secara bulanan, Andry memperkirakan inflasi pada Mei 2024 sebesar 0,11% (month-to-month/mtm), lebih rendah dibandingkan 0,25% mtm pada bulan sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Bank Indonesia, beberapa harga pangan mengalami penurunan pada Mei 2024 karena efek normalisasi pasca Idulfitri.
Baca Juga
"Tren ini terlihat pada deflasi harga daging sapi, daging ayam, dan telur," jelasnya.
Selain itu, harga beras juga mengalami deflasi, turun sekitar 2%, melanjutkan deflasi sebesar 1,6% pada bulan sebelumnya.
Namun, Andry juga mencatat bahwa harga cabai merah pada Mei 2024 mengalami kenaikan, sehingga mencegah penurunan lebih lanjut pada inflasi secara keseluruhan.
Sementara itu, dia memperkirakan inflasi inti akan mengalami sedikit peningkatan, dari 1,82% yoy pada April 2024 menjadi 1,84% yoy pada Mei 2024. Secara resmi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Mei 2024 pada siang nanti, Senin (3/6/2024).
Wanti-Wanti Nilai Tukar
Selain itu, Ekonom juga engingatkan risiko peningkatan inflasi yang disebabkan oleh inflasi impor seiring dengan tren pelemahan nilai tukar rupiah yang berlanjut.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya menegaskan risiko tersebut perlu diwaspadai meskipun laju inflasi diperkirakan kembali melandai pada Mei 2024.
"Risiko terkait inflasi impor masih perlu diwaspadai seiring dengan melemahnya nilai tukar yang berlanjut pada Mei 2024 ini," katanya kepada Bisnis, Minggu (2/6/2024).
Banjaran memperkirakan inflasi pada Mei 2024 akan mencapai 0,7% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Secara tahunan, inflasi diperkirakan mencapai 2,95% (year-on-year/yoy), turun sedikit dibandingkan inflasi pada April 2024 yang sebesar 3,0%.
Banjaran menyebut, lebih rendahnya perkiraan inflasi pada Mei 2024 disebabkan oleh inflasi volatile food yang diperkirakan lebih rendah, terutama karena masuknya musim panen dan meningkatnya impor.
Senada, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menyatakan bahwa potensi risiko inflasi ke depan masih ada dan harus dimitigasi dengan baik.
Menurutnya, jika tren pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut, maka dapat berdampak negatif pada tingkat harga domestik melalui inflasi impor.
Selain itu, Riefky juga memperingatkan bahwa beberapa lembaga iklim memperkirakan potensi terjadinya fenomena La Nina pada kuartal III/2024 yang dapat berdampak negatif terhadap produksi pangan hortikultura.
"Oleh karena itu, mitigasi risiko dan pengelolaan pasokan pangan masih diperlukan hingga sisa tahun 2024," jelasnya.