Secara tahunan, inflasi diperkirakan mencapai 2,95% (year-on-year/yoy), turun sedikit dibandingkan inflasi pada April 2024 yang sebesar 3,0%.
Banjaran menyebut, lebih rendahnya perkiraan inflasi pada Mei 2024 disebabkan oleh inflasi volatile food yang diperkirakan lebih rendah, terutama karena masuknya musim panen dan meningkatnya impor.
Senada, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menyatakan bahwa potensi risiko inflasi ke depan masih ada dan harus dimitigasi dengan baik.
Menurutnya, jika tren pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut, maka dapat berdampak negatif pada tingkat harga domestik melalui inflasi impor.
Selain itu, Riefky juga memperingatkan bahwa beberapa lembaga iklim memperkirakan potensi terjadinya fenomena La Nina pada kuartal III/2024 yang dapat berdampak negatif terhadap produksi pangan hortikultura.
"Oleh karena itu, mitigasi risiko dan pengelolaan pasokan pangan masih diperlukan hingga sisa tahun 2024," jelasnya.