Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Babak Awal Perundingan IP CEPA, Ini Target Indonesia dan Peru

Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP CEPA) telah memasuki babak awal.
Ilustrasi kegiatan perdagangan luar negeri. Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi kegiatan perdagangan luar negeri. Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia - Peru atau Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP CEPA) telah memasuki babak awal. Kedua negara menargetkan perundingan bisa rampung pada November 2024.

Adapun dalam perundingan pertama yang digelar di Lima, Peru, delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, Johni Martha. Sementara pihak Peru dipimpin oleh Direktur Asia, Oseania, dan Afrika Kementerian Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru selaku Ketua Tim 

Perunding Peru Gerardo Meza. Perundingan pertama itu, diresmikan oleh Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru, Elizabeth Galdo, dan Duta Besar RI untuk Republik Peru, Ricky Suhendar pada Senin (27/5/2024).

Direktur Perundingan Bilateral Kemendag, Johni mengatakan bahwa IP CEPA bakal memberikan banyak manfaat kepada ekonomi Indonesia maupun Peru. Dia menyebut potensi perdagangan kedua negara masih cukup besar.

Musababnya, dari segi demografi, populasi penduduk Peru mencapai 34 juta jiwa dengan nilai produk domestik bruto (PDB) sebesar US$239,3 miliar. Di sisi lain, Peru, kata Johni, juga merupakan mitra dagang nontradisional Indonesia yang memiliki potensi cukup besar. 

Begitupun dengan Indonesia yang jumlah populasi penduduknya juga besar mencapai 280 juta jiwa. IP CEPA diyakini dapat membuka peluang perdagangn bagi kedua negara lebih luas lagi.

"Peru dapat menjadi penghubung produk-produk Indonesia di kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan," uja Johni dalam keterangan resmi, Kamis (30/5/2024).

Johni membeberkan, sektor perdagangan barang menjadi yang paling utama dibahas dalam perundingan IP CEPA. Adapun sejumlah aspek terkait perdagangan sektor barang yang dibahas antara lain akses pasar perdagangan barang, aturan asal barang, kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, kerja sama ekonomi, hambatan teknis perdagangan, pengamanan perdagangan; perlindungan atas kesehatan manusia, hewan, atau tumbuhan; penyelesaian sengketa; serta kerangka hukum dan kelembagaan.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Luar Negeri Peru, Galdo meyakini kerja sama ekonomi komprehensif antara Peru dengan Indonesia bukan hanya bisa menguntungkan sektor perdagangan, tapi juga memperluas kehadiran Peru di Asia Tenggara. Sebaliknya, perjanjian tersebut juga bakal memperluas kehadiran Indonesia di Amerika Latin.

"IP CEPA diharapkan akan memberikan manfaat bagi kedua negara," ucap Galdo.

Berdasarkan catatan Kemendag, total perdagangab Indonesia dengan Peru pada periode Januari - Maret 2024 mencapai US$97,4 juta. Secara terperinci, dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke Peru tercatat sebesar US$63,9 juta atau mendominasi lebih dari 50% nilai perdagangan kedua negara.

Sementara impor yang dilakukan Indonesia dari Peru pada periode tersebut sebesar US$33,5 juta. Dengan begitu, Indonesia saat ini masih menikmati surplus perdagangan terhadap Peru sebesar US$30,43 juta.

Total nilai perdagangan Indonesia-Peru pada periode lima tahun terakhir (2019—2023) mengalami tren positif sebesar 19,9%. Peru merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-45 Indonesia dan urutan ke-62 asal impor Indonesia.

Pada 2023, ekspor utama Indonesia ke Peru, di antaranya kendaraan bermotor dan mobil (US$144 juta), biodiesel (US$31,8 juta), alas kaki (US$44,9 juta), dan kertas (US$13,2 juta). Adapun, impor utama Indonesia dari Peru, di antaranya biji kakao (US$33,1 juta), anggur segar/kering (US%19,7 juta), pupuk mineral atau kimia fosfat (US$8,5 juta), seng tidak ditempa (US$5,3 juta), dan terak ampas logam (US$2,5 juta).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper