Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diprediksi menahan suku bunga acuan atau BI Rate di angka 6,25% pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Rabu (22/5/2024). Proyeksi tersebut muncul setelah BI melakukan pengetatan 25 bps pada bulan lalu.
Dari jajak pendapat atau konsensus 38 ekonom yang terhimpun di Bloomberg, seluruhnya meyakini Gubernur BI Perry Warjiyo akan menahan suku bunga acuan dengan pertimbangan kinerja rupiah hingga inflasi yang terjadi saat ini.
Sejumlah ekonom menilai saat ini kondisi ekonomi Indonesia membaik, terutama rupiah yang mulai menunjukkan penguatan ke bawah Rp16.000 per dolar AS.
“Meredanya tekanan eksternal terhadap rupiah dan terkendalinya ekspektasi inflasi ke depan tetap dalam koridor 1,5-3,5% menjadi dasar pertimbangan utama BI,” tutur Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) Ryan Kiryanto dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (22/5/2024).
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menjelaskan ketahanan Ekonomi Indonesia juga terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2024 tercatat tumbuh 5,11% secara tahunan.
Surplus perdagangan Indonesia senilai US$3,56 miliar pada April 2024, menandakan surplus selama 4 tahun beruntun.
Baca Juga
“Pertumbuhan ini, di tengah ketatnya kondisi moneter global, perlambatan ekonomi China, dan moderasi harga komoditas, menegaskan ketahanan perekonomian Indonesia,” katanya, Selasa (21/5/2024).
Berikut 4 Poin yang perlu dipantau jelang pengumuman RDG BI Mei 2024
1. Nilai tukar rupiah
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede mengungkapkan setelah kenaikan 25 bps pada bulan lalu, rupiah cenderung menguat sebesar 1,47% (mtd) pada Mei 2024.
Namun berdasarkan Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup Rp15.998 pada akhir perdagangan kemarin (21/5/2024). Dengan kata lain, rupiah kembali mendekati Rp16.000 per dolar AS.
2. Inflasi
Inflasi pada April 2024 yang menyentuh level 3% (yoy) meskipun terdapat momentum Idulfitri. Capaian ini juga tercatat lebih rendah dari Maret 2024 yang menyentuh 3,05% (yoy).
Meski demikian, angka tersebut masih dalam target Bank Indonesia, yakni 1,5% hingga 3,5% secara tahunan.
3. Modal asing
Josua menyampaikan setelah kenaikan 25 bps pada bulan lalu telah terjadi arus modal masuk ke pasar portofolio sebesar US$441 juta (mtd) dan imbal hasil obligasi acuan 10 tahun telah turun 32bps (mtd) pada Mei 2024.
Sepanjang bulan Mei, BI mencatat tren aliran modal asing yang masuk. Pada pekan ketiga bulan ini, setidaknya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai Rp22,06 triliun.
4. Langkah The Fed
Pejabat Federal Reserve atau The Fed masih menunjukkan sinyal bahwa bank sentral AS tersebut tidak terburu-buru menurunkan suku bunga kebijakan FFR meskipun proses disinflasi di AS masih berlanjut.
Terlebih, babak baru perang dagang antara Amerika Serikat dengan China kembali dimulai setelah AS mengumumkan kenaikan tarif impor barang dari China.