Bisnis.com, JAKARTA - Qatar merilis obligasi hijau dan sukses meraih US$2,5 miliar. Ini merupakan obligasi dolar pertama dalam empat tahun terakhir sekaligus green bond pertama dalam sejarah Qatar.
Melansir Bloomberg, Rabu (22/5/2024), obligasi hijau tersebut terbagi dalam dua tenor, tenor lima tahun senilai US$1 miliar dan 10 tahun senilai US$1,5 miliar. Obligasi tenor 5 tahun memiliki spread 30 basis poin di atas Treasury AS, setara dengan imbal hasil 4,74%, turun dari estimasi awal 70 basis poin.
Sementara itu, surat utang bertenor 10 tahun memiliki spread 40 basis poin dan imbal hasil 4,82%.
Obligasi hijau dari Timur Tengah telah mendapatkan daya tarik dalam beberapa tahun terakhir. Para investor mengincar pembelian sovereign wealth fund Arab Saudi, perusahaan properti utama Abu Dhabi, dan pemerintah Sharjah.
Qatar belum mengumumkan jadwal untuk meniadakan emisi karbonnya dan saat ini masih menjadi salah satu penghasil emisi gas karbondioksida tertinggi di dunia. Seperti negara-negara lain di Teluk, Qatar menggunakan banyak energi untuk pendingin udara dan desalinasi air.
Namun, Qatar menghabiskan miliaran dolar untuk meningkatkan tenaga surya. Qatar juga berpendapat bahwa gas adalah bahan bakar yang akan membantu tujuan iklim global karena lebih bersih daripada minyak atau batu bara, meskipun industri ini dikaitkan dengan kebocoran metana.
Baca Juga
Qatar adalah salah satu negara terkaya di dunia dan memiliki peringkat utang AA atau setara dari ketiga perusahaan pemeringkat utama global.
Terakhir kali Qatar merilis obligasi berdenominasi dolar AS adalah saat meluncurkan Eurobond pada April 2020 dan berhasil meraih US$10 miliar setelah menarik US$45 miliar pesanan dari para investor.
Bank-bank utama yang menjadi underwriter green bond terbaru ini antara lain Crédit Agricole AS, HSBC Holdings Plc, JPMorgan Chase & Co. dan Qatar National Bank.