Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dihajar Banjir Produk China, Industri Keramik Diselamatkan Harga Gas

Industri keramik mengalami kesulitan akibat banjirnya produk dari China. Alhasil, para pelaku industri meminta stimulus dari pemerintah.
Pabrik keramik Arwana Citra Mulia Tbk/Bisnis.com
Pabrik keramik Arwana Citra Mulia Tbk/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA- Industri keramik masih merana seiring praktik dumping keramik dari China yang tak kunjung mereda. Alhasil, daya saing industri masih melemah sehingga masih membutuhkan stimulus.

Untuk menggenjot kinerja, Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) membutuhkan program yang mampu menekan biaya produksi sehingga harga jual bisa lebih kompetitif di pasar.

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan pihaknya masih menunggu hasil resmi penyidikan dumping China. Namun, untuk tetap bisa bersaing, industri diberikan stimulus berupa pemangkasan harga gas murah (HGBT) demi menekan beban produksi.

"Industri keramik berada di posisi yang sangat terjepit di mana beban biaya produksi meningkat karena gangguan gas, dan satu pihak harus menurunkankan harga jual supaya bisa bersaing dengan produk impor dari China," kata Edy kepada Bisnis, Kamis (16/5/2024).

Edy menerangkan HGBT yang berlaku sejak 2020 lalu mampu menekan biaya energi terhadap total biaya produksi. Sebelum harga gas murah diberikan, rata-rata beban energi mencapai 29%-31% terhadap total biaya produksi.

Setelah HGBT diterapkan, rata-rata ongkos energi turun 23%-25% dari total produksi. Penurunan biaya energi ini mampu meningkatkan utilitas produksi tahun lalu menjadi 78%, dari sebelumnya 75%.

Namun, Edy menyampaikan bahwa porsi energi terhadap beban produksi kembali meningkat hingga 27%-29%. Sebab, terdapat kebijakan baru dari produsen gas terkait alokasi gas industri tertentu (AGIT) 60%.

DISTRIBUSI PGN (PGAS)

Emiten pelat merah PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN, selaku pemasok gas, menerapkan kuota volume gas terhadap seluruh pelanggan di tengah pasokan gas bumi yang susut dari sejumlah lapangan di sisi hulu kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). 

Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama menerangkan, keputusan itu diambil untuk menjaga realibilitas dan keselamatan jaringan gas yang berisiko tinggi.

"PGN berupaya untuk melayani kebutuhan pelanggan seoptimal mungkin, tetapi dengan kondisi pasokan gas yang semakin menurun, maka kami sebagai penyalur gas di sisi hilir mengupayakan agar penyaluran gas bisa berkeadilan ke seluruh pelanggan,” kata Rachmat lewat siaran pers, Kamis (2/5/2024). 

Selain untuk penyaluran gas bumi yang merata, PGN juga memberikan perhatian khusus pada keamanan jaringan gas untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan. 

Selain itu, kepentingan-kepentingan pelanggan yang lain juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan volume sesuai dengan ketersediaan pasokan yang ada, yang saat ini pasokan gas sudah dalam posisi menurun.

 

“Kami tidak bisa hanya memprioritaskan salah satu atau beberapa pelanggan. Penyaluran energi berkeadilan ini bisa mendorong reabilitas rantai pasok maupun utilisasi gas bumi  di sisi hilir domestik yang memiliki multiplier effect bagi perekonomian nasional,” katanya.

Hal ini kembali menjadi tantangan bagi industri keramik. Satu sisi, trade barrier mengadang dumping produk China tak kunjung dilakukan, sedangkan pemangkasan beban produksi belum dimaksimalkan.

BEBAN PGN

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, lembaga riset ekonomi energi, Komaidi Notonegoro. Dia menyebut penyusutan pasokan gas di daerah tertentu membuat PGN mesti mencari cara lain untuk mendapatkan gas bagi pelanggan. 

"Saya kira dari perspektif bisnis sih normal, karena kan pasokan yang sekarang jadi isu utama untuk di daerah-daerah tertentu kan sudah mulai turun volume pasokannya," jelasnya.

Maka, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan industri PGN membeli LNG yang akhrinya mengerek naik ongkos energi lantaran proses panjang mengubah LNG menjadi gas industri.

Alhasil, harga gas untuk industri perlahan mengalami kenaikan lantaran terdapat 2 additional cost yang harus dilalui.

"Mekanisme nya jadi berubah karena kalo LNG lebih mahal dari gas bumi ada 2 additional cost paling tidak karena harus diubah dulu jadi cair atau liquid," tuturnya.

Setelah itu didistribusikan ke titik tertentu tempat regasifikasi untuk kembali mengubah cairan LNG untuk menjadi gas, lalu dikirimkan ke plant gate pengguna.

Kenaikan harga gas dalam kondisi bisnis seperti ini dinilai normal untuk tetap mempertahankan pasokan dan menjaga keberlanjutan kegiatan usaha penyedia gas.

"Itu juga ada biaya lagi, paling tidak ada 2-3 perbedaan biaya lagi. Kalau gas bumi kan langsung dari sumur ke pengguna, kalau LNG ada adjusment yang konsenkuensi nya adalah di biaya pemgadaannya," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper