Bisnis.com, TANGERANG - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan realisasi capaian program jangka panjang atau long term plan (LTP) 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12.000 juta kaki kubik per hari gas (MMscfd) bakal molor. Target ini sebelumnya dicanangkan dapat tercapai pada 2030.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, molornya target tersebut akibat pandemi Covid-19 yang terjadi dari tahun 2019-2021.
“Kita sudah melakukan pengkajian, memang kita terganggu dengan pandemi yang 2-3 tahun,” kata Dwi saat ditemui setelah agenda Indonesia Petroleum Association Conference and Exhibition (IPA Convex) 2024 di ICE BSD, Selasa (14/5/2024).
Dwi menyampaikan, dengan adanya pandemi selama 3 tahun tersebut, membuat target produksi tersebut baru dapat terealisasi pada 2032 atau 2 tahun lebih lambat dari target awal.
“Oleh karena ini menjadi permasalahan kemarin, ini akan geser. Jadi kemudian 1 juta itu di 2032. Karena ada pandemi kan,” ucapnya.
Sebelumnya, SKK migas mencatat lifting minyak per 31 Desember 2023 berada di level 612.000 bopd. Torehan lifting itu lebih rendah dari target yang ditetapkan di dalam APBN 2023 di level 660.000 bopd.
Baca Juga
SKK Migas mengatakan, rendahnya realisasi lifting minyak itu disebabkan sejumlah proyek tertunda yang ikut dibarengi dengan beberapa penghentian operasional atau unplanned shutdown.
Beberapa penghentian operasional itu, di antaranya terkait dengan kebocoran pipa dan power outgage di PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), kebocoran pipa di PHE Offshore North West Java (ONWJ), tanah longsor di Lapangan Kedung Keris milik ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL), kendala Train-1 pada KKKS bp.