Bisnis.com, JAKARTA - Laba Frasers Property Ltd. milik konglomerat Thailand, Charoen Sirivadhanabhakdi, anjlok 82% sepanjang kuartal I/2024.
Melansir laporan Bloomberg, Minggu (12/5/2024), laba Frasers Property terus merosot akibat dari adanya tren suku bunga tinggi hingga menggunungnya beban real estate global.
Hingga periode Maret 2024, Frasers Property mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar US$26,4 juta atau sekitar Rp423,85 miliar (Asumsi kurs: Rp16.055), turun drastis 82% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Dari sisi top line, pendapatan Frasers Property juga tercatat susut 20% secara tahunan menjadi 1,55 miliar dolar Singapura atau sekitar Rp18,36 triliun (Asumsi kurs: Rp11.849).
Manajemen Frasers Property mengatakan bahwa pelemahan kinerja keuangan perseroan itu terutama disebabkan oleh biaya suku bunga yang lebih tinggi dan kerugian nilai wajar yang belum direalisasikan serta penurunan nilai properti komersial di Inggris.
Pada saat yang sama, perusahaan ini juga menghadapi perlambatan di pasar residensial Singapura. Laba bersih di luar perubahan nilai wajar dan pos-pos luar biasa turun 83% dari tahun sebelumnya menjadi 33,4 juta dolar Singapura atau Rp395,77 miliar.
Baca Juga
“Kondisi pasar yang terus memburuk telah menciptakan tantangan yang berkelanjutan bagi kami,” kata Panote Sirivadhanabhakdi, chief executive officer grup dan putra Charoen, dikutip dari laporan Bloomberg, Minggu (12/5/2024).
Seiring dengan pelemahan tersebut, kabar mengenai para pemegang saham mayoritas akan menjual saham Frasers Property lantas santer terdengar. Namun demikian, hal tersebut dibantah oleh Frasers Property .
Sebagai informasi, Frasers Property dalam beberapa waktu belakangan tengah fokus menggarap sejumlah proyek besar, termasuk proyek mixed-use bernilai miliaran dolar yaitu One Bangkok.
Frasers mengembangkan One Bangkok bersama dengan anak perusahaan TCC di ibukota Thailand. Perusahaan ini juga bekerja sama dengan pengembang lain dalam upaya terbaru untuk membangun distrik bisnis alternatif di bagian barat Singapura.
Perusahaan ini juga telah mendivestasikan aset-asetnya, terutama di Singapura dan mengatakan bahwa mereka telah melakukan aset recycling sebesar S$1,1 miliar di awal tahun ini.
Adapun, hingga saat ini saham Frasers Property dilaporkan telah anjlok lebih dari separuh dari harga tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada 2018, sedangkan saat ini, saham Frasers Property diperdagangkan mendekati rekor terendah.
Sahamnya telah turun 9,6% tahun ini hingga penutupan hari Jumat (10/5/2024), dibandingkan dengan kenaikan 1,6% pada indeks ekuitas acuan Singapura.