Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengatakan kementeriannya belum mengkaji detail penerapan bea keluar (BK) baru untuk PT Freeport Indonesia (PTFI) selepas tenggat ekspor konsentrat Mei 2024.
Askolani mengatakan kementeriannya masih menerapkan pungutan ekspor konsentrat 7,5% sampai periode ekspor konsentrat akhir bulan ini.
“Dan Freeport harus mematuhi hal tersebut, sejalan dengan izin ekspor yang diberikan pemerintah,” kata Askolani kepada Bisnis, Jumat (10/5/2024).
Saat ini, proyek Smelter Manyar PTFI telah masuk masa pre-commissioning untuk persiapan tahapan commissioning pada akhir Mei 2024. Produksi perdana akan dimulai pada Agustus 2024.
Sebelumnya, PTFI mencatatkan beban bea keluar konsentrat tembaga mencapai US$307 juta atau setara dengan Rp4,85 triliun (asumsi kurs Rp15.820 per dolar AS) sepanjang paruh kedua 2023.
Selama paruh kedua 2023, PTFI dikenakan bea keluar sebesar 7,5% sesuai amanat dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 71/2023 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.
Baca Juga
“Untuk bea keluar setelah Mei 2024, masih belum dikaji detailnya sehingga nanti mohon sabar dulu sampai ada kebijakan baru yang akan ditetapkan pemerintah,” kata Askolani.
Di sisi lain, dia menegaskan, pemerintah tidak berencana menerapkan pinalti di luar instrumen bea keluar kepada PTFI atas permohonan perpanjangan relaksasi ekspor tersebut.
“Tidak ada pembahasan mengenai hal tersebut [pinalti],” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa pemerintah akan memperpanjang izin ekspor konsentrat tembaga PTFI.
Hal ini disampaikannya usai meninjau harga komoditas bersama dengan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan di Pasar Baru Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2024).
“Ya terus dong, ya diperpanjang. Hanya kami ini memang masih berhitung mengenai dikenakan berapa” ujarnya kepada wartawan.
Jokowi mengatakan bahwa perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga tersebut dilakukan untuk menghargai upaya Freeport dan PT Amman Mineral Industri dalam memenuhi komitmen mereka untuk melakukan hilirisasi dengan membangun smelter di dalam negeri.
“Tetapi yang patut juga kami hargai Freeport maupun Amman itu telah membangun smelter dan sudah selesai hampir 100%. Kami selalu ikuti kok [perkembangannya], mingguannya kami ikuti pembangunan sampai berapa persen, berapa persen,” imbuhnya.
Adapun, pembangunan smelter ini merupakan mandat izin usaha pertambangan khusus (IUPK) PTFI. Proyek ini merupakan smelter kedua PTFI. Smelter pertama dibangun pada 1996 dan dikelola oleh PT Smelting. Freeport telah menanamkan investasi hingga US$3,1 miliar atau setara dengan Rp48 triliun per akhir Desember 2023.
Smelter tembaga dengan design single line terbesar di dunia ini nantinya mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.
Produk utama smelter adalah katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, serta PGM (platinum group metal). Smelter Freeport juga akan menghasilkan produk samping, antara lain asam sulfat, gipsum, dan timbal.