Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog menyebut, hilirisasi dan intervensi negara dalam bisnis ritel sangat diperlukan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi dalam Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024, Selasa (30/4/2024).
“[Harga] pangan harus stabil. Untuk bisa stabil maka harus ada hilirisasi, bentuknya adalah penguasaan terhadap ritel, eceran,” kata Bayu, di Jakarta, Selasa (30/4/2024).
Namun demikian, Bayu mengakui bahwa negara selama ini kurang terlibat di sektor ritel. Mengingat, seluruh ritel yang ada di Indonesia ditangani oleh pelaku usaha atau pasar-pasar rakyat.
“Bagaimana bentuk intervensi yang harus hadir di ritel? Itu menurut saya adalah salah satu tantangan yang harus kita hadapi pada saat ingin membangun pangan yang berdikari,” ujarnya.
Sejauh ini, Bayu telah menawarkan untuk memanfaatkan jaringan binaan Perum Bulog yakni Rumah Pangan Kita (RPK) yang merupakan outlet penjualan pangan pokok milik masyarakat yang dibina oleh Perum Bulog.
Baca Juga
Tercatat sebanyak 78.000 RPK tersebar di seluruh Indonesia, meski jumlah RPK yang aktif hanya sekitar 16.000 hingga 20.000. Menurutnya, jika RPK tersebut dapat dikelola dengan baik, negara dapat menjangkau kebutuhan masyarakat dengan lebih baik.
“Itu kan intinya adalah menjangkau dari sisi konsumsi, tidak bisa kita berdikari kalau kita tidak punya jaringan itu,” ujarnya.
Selain terlibat di sektor ritel, negara juga harus memiliki stok pangan. Hal tersebut untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang tidak diinginkan seperti perubahan iklim hingga konflik geopolitik yang dapat memengaruhi ketahanan pangan.
Negara juga dinilai perlu melakukan huluisasi. Bayu mengatakan, banyak masalah yang dihadapi oleh para petani, mulai dari mahalnya pupuk, mahalnya upah buruh, hingga lahan yang makin sempit.
Oleh karena itu, negara dinilai perlu melakukan pendampingan sistematis untuk membantu petani dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
“Tiga ini harus kita bangun bersama-sama hilirisasi, masuk ke ritel, plus food safety net atau jaring pengaman makanan, terutama untuk kelompok masyarakat berpendapatan rendah,” ujarnya.