Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menlu AS Antony Blinken Berkunjung ke China, Ini Agendanya

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tengah berkunjung ke China di kala ketegangan kedua negara meningkat.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memberi kesaksian di depan sidang Komite Alokasi Senat mengenai permintaan dana tambahan keamanan nasional senilai US$106 miliar dari Presiden Biden untuk mendukung Israel dan Ukraina, serta meningkatkan keamanan perbatasan, di Capitol Hill di Washington, AS, 31 Oktober 2023. REUTERS /Kevin Lamarque
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memberi kesaksian di depan sidang Komite Alokasi Senat mengenai permintaan dana tambahan keamanan nasional senilai US$106 miliar dari Presiden Biden untuk mendukung Israel dan Ukraina, serta meningkatkan keamanan perbatasan, di Capitol Hill di Washington, AS, 31 Oktober 2023. REUTERS /Kevin Lamarque

Bisnis.comJAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tengah berkunjung ke China di kala ketegangan antara kedua negara meningkat.

Mengutip laporan BloombergKamis (25/4/2024), Blinken yang memulai perundingan selama dua hari di China, menuturkan bahwa negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia harus mengungkapkan perbedaan-perbedaan yang dimiliki. 

“Kami mempunyai kewajiban bagi rakyat kami – bahkan kewajiban bagi dunia – untuk mengelola hubungan antara kedua negara secara bertanggung jawab,” jelasnya kepada Sekretaris Partai Shanghai Chen Jining pada Kamis (25/4).

Dalam kunjungannya, Blinken akan berusaha untuk menghentikan perdagangan  yang memungkinkan basis industri pertahanan Rusia dibangun kembali, meskipun ada pembatasan dari Barat setelah invasi mereka ke Ukraina. 

Selain itu, seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa terdapat juga agenda mengenai klaim teritorial Beijing di atas pulai Taiwan, yang mempunyai pemerintahan sendiri dan agresinya di Laut Cina Selatan.

Adapun kunjungan ini dihelat setelah Presiden Joe Biden pada pekan lalu mengecam Beijing sebagai “xenofobia” dan berjanji untuk menerapkan lebih banyak tarif pada China serta membuka penyelidikan terhadap industri kapal negara tersebut.

Terdapat kekhawatiran juga bahwa akan ada ancaman sanksi baru. Pada awal bulan ini, Menteri Keuangan AS Janet Yellen ketika menyampaikan soal kelebihan kapasitas, ia menuturkan kepada para pejabat di  China bahwa bank-bank yang membantu upaya perang Rusia dapat menghadapi sanksi baru dari Negeri Paman Sam.

Di lain sisi, menjelang kunjungan Blinken, media pemerintah China juga menuturkan adanya kontradiksi dalam upaya menstabilkan hubungan sambil meningkatkan persaingan perdagangan

“Mengapa pihak AS mengubah kunjungan biasa menjadi sebuah ultimatum?” jelas surat kabar Global Times milik Partai Komunis, dan mengatakan bahwa jika permasalahan ini tidak diselesaikan, maka seperti “berjalan di malam hari dengan mata tertutup” dan mudah menimbulkan kesalahan bahkan bahaya.

Para pejabat AS kemungkinan besar tidak akan meninggalkan pertemuan minggu ini dengan banyak terobosan atau hasil nyata. 

Walaupun adanya tanda-tanda bahwa kedua hubungan telah stabil, kedua negara terus berselisih mengenai berbagai masalah yang mencakup perdagangan, teknologi, hak asasi manusia, Ukraina, Korea Utara, dan Timur Tengah, dengan Blinken berupaya meminta bantuan Beijing untuk menekan Iran.

Delegasi besar yang melakukan perjalanan dengan Blinken juga menggarisbawahi beragam topik diskusi di Shanghai dan Beijing pada minggu ini. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper