Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Impor Gula Seret, Kemendag Jelaskan Penyebabnya

Kemendag membeberkan alasan impor gula berjalan lambat hingga memicu kenaikan harga di dalam negeri.
Proses bongkar muat gula di Terminal Kade 101 Tanjung Priok, Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Proses bongkar muat gula di Terminal Kade 101 Tanjung Priok, Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) membeberkan alasan impor gula berjalan lambat hingga memicu kenaikan harga di dalam negeri.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kemendag, Budi Santoso mengakui bahwa realisasi impor gula mengalami perlambatan. Menurutnya, harga gula di pasar global jadi biang keroknya.

"Realisasinya aja memang agak berkurang, mungkin karena pertimbangan harga gula mahal," ujar Budi saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Kamis (25/4/2024).

Budi mengatakan harga gula yang tinggi di negara sumber impor membuat para importir khawatir untuk melakukan pengadaan gula. Namun, secara teknis untuk penerbitan izin impor, kata Budi, berjalan lancar.

"Karena gula mahal mereka [importir] kan enggak berani impornya, jadi hanya realisasinya yang masalah," tuturnya.

Adapun catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang diterima Bisnis.com, kuota impor gula kristal putih (GKP) untuk kebutuhan konsumsi tahun ini ditetapkan sebanyak 708.609 ton. 

Sementara itu, izin impor raw sugar untuk diolah menjadi GKP yang sudah diterbitkan hingga 17 April 2024 sebanyak 405.000 ton. Namun, realisasinya impor gula untuk kebutuhan GKP baru mencapai 212.750 ton atau 52,53% dari izin yang telah diterbitkan.

Direktur Utama Induk Holding BUMN sektor pangan ID Food, Frans Marganda Tambunan mengatakan kenaikan harga gula menjadi siklus tahunan yang berulang usai musim giling berakhir. Adapun musim giling tebu selama ini berlangsung selama Mei-September.

"Di luar itu [musim giling] harga pasti naik," ujar Frans saat ditemui.

Frans menjelaskan, bahwa di awal tahun ini ID Food memiliki stok carry over gula sebanyak 30.000 ton. Namun, dia mengakui bahwa stok itu kian menipis sehingga pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk stabilisasi harga gula saat ini.

Adapun Frans sebelumnya menyebut stok gula tersisa di ID Food saat ini sebanyak 589 ton.

"Memang kita tidak bisa terlibat banyak di puasa dan lebaran kemarin karena memang stok kita habis," kata Frans.

Menyitir Panel Harga Pangan Bapanas, rata-rata harga gula per hari ini secara nasional mencapai Rp18.220 per kilogram. Harga gula hari ini telah naik 26,52% year-on year dibandingkan harga rata-rata pada April 2023 sebesar Rp14.400 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper