Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah masih mengkaji opsi perpanjangan relaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras premium di ritel modern di tengah mulai terjadinya penurunan harga.
Menyitir Data Panel Harga Pangan, Bapanas, rata-rata harga beras premium hari ini secara nasional turun 0,19% menjadi Rp15.980 per kilogram. Harga tersebut telah turun 2,6% dibandingkan rata-rata harga beras premium pada Maret 2024.
Adapun pemerintah sejak 10 Maret 2024 telah melakukan relaksasi HET beras premium di ritel modern menjadi Rp14.900 - Rp15.800 per kilogram. Awalnya, kebijakan relaksasi itu berlaku hingga 23 Maret, kemudian pemerintah memperpanjang relaksasi hingga 24 April 2024.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengakui tidak menutup kemungkinan relaksasi HET beras premium itu akan diperpanjang. Namun, dia menekankan bahwa pemerintah masih mengkaji kebijakan yang tepat ihwal harga beras.
"Jadi kemungkinan bisa dilanjutkan, bisa didrop, atau dilakukan review untuk dinaikkan. Semuanya bisa," ujar Arief saat ditemui di Kompleks Kementerian Pertanian, Kamis (18/2/2024).
Arief menjelaskan, pemerintah perlu mempertimbangkan segala aspek dalam menentukan HET beras. Mulai dari produksi dalam negeri, ketegangan geopolitik internasional, nilai tukar Rupiah, inflasi dan daya beli hingga harga dan biaya di tingkat petani.
Baca Juga
"Kita juga harus hati-hati," ucapnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (18/4/2024), Arief mengatakan, tujuan pemerintah menaikkan harga beras premium menjadi Rp14.900-15.800/kg dari sebelumnya Rp13.900/kg-14.800/kg yaitu untuk memastikan stok beras kembali membanjiri pasar modern maupun tradisional.
“Harga kan dalam posisi relaksasi dari angka HET Rp13.900 relaksasi sampai tanggal 23 [Maret] itu Rp14.900. Ini [diharapkan] memberikan ruang agar beras ketersediaannya semua lebih baik,” ujarnya saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (18/3/2024).
Sebelumnya, ketua Umum Aprindo, Roy N. Mandey, kala itu mengungkapkan, harga beli di tingkat produsen meningkat alias di atas HET sehingga peritel kesulitan untuk memasok beras ke gerai-gerainya. Dia khawatir, hal tersebut dapat memicu kekosongan dan kelangkaan stok beras di ritel modern.
“Siapa yang akan menanggung kerugiannya? Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut pada gerai ritel modern kami, karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” kata Roy dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, peritel meminta pemerintah untuk merelaksasi aturan main HET agar pihaknya dapat terus membeli, menyediakan, dan menjual kebutuhan pokok dan penting untuk menghindari kekosongan dan kelangkaan stok pada gerai ritel modern.