Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menegaskan akan terus melakukan langkah-langkah, juga intervensi di pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 353,50 poin atau 2,23% menuju level Rp16.201,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,14% menuju posisi 106,35.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto menyampaikan bahwa BI akan menjaga keseimbangan supply-demand valas di pasar melalui triple intervention, khususnya di pasar spot dan domestic non deliverable forward (DNDF).
“Kedua, BI akan meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI [Sekuritas Rupiah Bank Indonesia], dan hedging cost,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/4/2024).
Ketiga, Edi mengatakan BI juga akan terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti pemerintah, termasuk Pertamina dan lainnya.
Dia menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring adanya sejumlah perkembangan global, salah satunya sentimen terkait rilis data fundamental AS, di mana inflasi dan penjualan ritel tercatat berada di atas ekspektasi pasar.
Baca Juga
Perkembangan data di AS tersebut semakin menunjukkan bahwa ekonomi negara itu masih cukup kuat. Selain itu, pelemahan rupiah kata Edi juga dipengaruhi oleh memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel.
“Perkembangan tersebut menyebabkan semakin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang emerging markets, khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS,” katanya.
Edi mengatakan indeks dolar AS atau DXY selama periode libur Lebaran tercatat menguat secara signifikan, dari 104 menjadi di atas 106.
Pada pagi ini, Selasa (16/4), DXY bahkan meningkat mencapai angka 106,3.
“Selama libur lebaran, pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp16.000, atau sudah di sekitar Rp16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut,” jelasnya.