Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan masyarakat besar-besaran selama mudik Lebaran 2024 berpotensi menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah-daerah tujuan pada pemudik.
Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, pergerakan masyarakat selama Lebaran 2024 secara nasional berpotensi mencapai 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 193,6 juta orang.
Jumlah tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut tingginya pergerakan masyarakat selama mudik Lebaran 2024 tersebut dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Terkait lonjakan pergerakan masyarakat tersebut, Budi mengaku sempat kaget ketika mendapat laporan tersebut. Namun, di sisi lain dia menyebut masifnya pergerakan masyarakat selama mudik Lebaran 2024 menunjukkan tren pemulihan mobilitas yang semakin baik pascapandemi.
Selain itu, tingginya pergerakan masyarakat juga mengindikasikan kenaikan kepercayaan diri masyarakat untuk bepergian atau berlibur. Hal ini juga berdampak pada naiknya daya beli masyarakat.
Baca Juga
"Kalau ini (mudik) bisa dilaksanakan secara baik dengan jumlah pergerakan yang besar, bisa membuat perekonomian di daerah bagus," kata Menhub saat ditemui sesuai acara Pelepasan Jelajah Lebaran 2024 di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta pada Jumat (5/4/2024).
Dalam kesempatan yang berbeda, Budi Karya merujuk pada prediksi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bahwa perputaran uang selama bulan Ramadhan dan libur Lebaran 2024 diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2024 dan diprediksi mencapai Rp157,3 triliun.
"Artinya pergerakan dalam angkutan Lebaran [akan] menciptakan peluang dan manfaat yang sangat bernilai,” ucap Budi Karya ketika menjadi pembicara dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Mudik Ceria Penuh Makna, Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Angkutan Lebaran Tahun 2024 M/1445 Hijriah di Jakarta, Jumat (6/4/2024).
Menhub menuturkan berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kemenhub bersama Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Kominfo, Telkomsel, pakar transportasi, dan akademisi telah mengadakan survei pergerakan penumpang, dengan hasil 193,6 juta penduduk Indonesia berpotensi melakukan perjalanan mudik.
Menurut Budi, angka 193,6 juta tersebut sangat besar sehingga bisa memacu perputaran ekonomi di daerah atau kampung halaman para pemudik. Apalagi waktu libur Lebaran cukup lama yakni selama 10 hari, mulai 6-15 April 2024.
Budi menuturkan bahwa pemerintah telah berupaya agar terwujud kesiapan di semua sektor dalam menghadapi angkutan Lebaran tahun ini dapat berjalan aman dan lancar.
Adapun, Kemenhub berkomitmen untuk menjaga melancarkan arus mudik dan balik selama Lebaran 2024. Oleh karena itu, Budi Karya menyebut pihaknya telah mengidentifikasi tiga titik krusial yang menjadi perhatian khusus pemerintah, yakni tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Pelabuhan Merak, serta Pelabuhan Ketapang.
Untuk mengantisipasi kepadatan kendaraan seperti di tol Cipali, terutama saat puncak arus mudik dan balik, Kemenhub serta pemangku kepentingan terkait telah melakukan simulasi arus kendaraan pada titik tersebut.
Selain itu, pihaknya juga telah mempersiapkan skenario-skenario rekayasa lalu lintas seperti sistem satu arah atau contraflow. Skenario rekayasa tersebut juga dikoordinasikan dengan pihak seperti Korlantas Polri.
"Kita usahakan V/C ratio (volume/capacity) itu dibawah 0,7 agar arus kendaraan tetap berjalan optimal," kata Budi Karya.
Sebelumnya, Kemenhub memperkiraan puncak hari mudik berdasarkan pilihan masyarakat adalah saat dimulainya cuti bersama atau H-2 Lebaran pada 8 April 2024 dengan potensi pergerakan 26,6 juta orang atau 13,7%. Sementara itu, perkiraan puncak arus balik adalah H+3 atau pada 14 April 2024 dengan potensi pergerakan 41 juta orang atau 21,2%.
Sementara itu, minat masyarakat terhadap pemilihan penggunaan angkutan untuk mudik lebaran terbanyak adalah kereta api sebesar 39,32 juta atau 20,3% dari total pergerakan, disusul bus sebanyak 37,51 juta (19,4%), mobil pribadi sebanyak 35,42 juta (18,3%), dan sepeda motor sebesar 31,12 juta orang (16,07%).