Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Manufaktur Indonesia Naik Jadi 54,2, Ini Faktor Pendorongnya

PMI manufaktur Indonesia semakin berekspansi pada Maret 2024 ke 54,2, naik dari 52,7 pada bulan sebelumnya.
Uap mengepul dari pabrik petrochemical. - Bloomberg/Eddie Seal
Uap mengepul dari pabrik petrochemical. - Bloomberg/Eddie Seal

Bisnis.com, JAKARTA - Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia meningkat menjadi 54,2 poin pada Maret 2024, dari bulan sebelumnya yang sebesar 52,7 poin. 

Data tersebut dilaporkan dari S&P Global pada Senin (1/4/2023) dengan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia yang lebih kuat, dengan menyoroti peningkatan tercepat dalam kondisi operasional dalam hampir dua setengah tahun. 

“Industri manufaktur Indonesia menikmati kinerja yang luar biasa di bulan Maret, dengan pertumbuhan produksi mencapai titik tertinggi dalam 27 bulan karena peningkatan signifikan dalam permintaan barang dalam negeri,” terang Direktur Asosiasi Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, Pollyanna De Lima.

Dalam laporan tersebut, dikatakan bahwa untuk mengakomodasi permintaan yang tinggi dan kebutuhan produksi yang meningkat, perusahaan memperoleh input sebanyak-banyaknya dalam dua tahun terakhir. Hal ini mendukung rekor peningkatan stok pembelian. 

Lalu, tekanan terhadap kapasitas dinilai masih ringan. Tingkat kepercayaan dunia usaha juga disebutkan menurun, sehingga secara umum dinilai bahwa tidak ada perubahan dalam lapangan kerja. 

Adapun, peningkatan pada angka utama mencerminkan pembacaan yang lebih kuat untuk tiga dari lima sub komponennya, yang terdiri dari pesanan baru, output dan stok pembelian. Perusahaan-perusahaan juga mengamati adanya peningkatan tercepat dalam masuknya pesanan baru sejak Agustus 2023. 

Kemudian, data Maret 2024 juga menunjukan peningkatan total pesanan yang didorong oleh domestik, karena penjualan internasional telah menurun ke wilayah kontraksi, setelah mengalami stagnasi pada Maret 2024. 

Di lain sisi, Lima menuturkan bahwa dampak dari peningkatan tajam ini adalah tekanan harga yang mendapatkan momentum. 

Tingginya permintaan pada bahan baku dapat menyebabkan penyesuaian daftar harga lebih lanjut di pihak pemasok. Inflasi biaya juga meningkat ke level tertinggi dalam satu setengah tahun terakhir. 

“Hal ini memicu kenaikan harga jual tercepat dalam 21 bulan karena produsen barang dapat dengan mudah membebankan biaya tambahan kepada klien,” terangnya. 

Meskipun perusahaan juga yakin bahwa permintaan akan tetap menghasilkan keuntungan dalam beberapa bulan mendatang, beberapa juga ragu bahwa kekuatan tersebut dapat bertahan dalam jangka panjang. 

Beberapa bisnis dikatakan tengah bersiap untuk memperoleh input dan membangun kembali inventaris, namun kurang bersedia untuk merekrut pekerja tambahan. Hal ini karena kapasitas untuk saat ini dinilai masih ringan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper