Bisnis.com, JAKARTA -- Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat melesat ke level 54,2 pada Maret 2024 atau naik 1,5 poin dari bulan sebelumnya 52,7. Hal ini menandai pemulihan tercepat kondisi manufaktur RI dalam 2,5 tahun terakhir.
Berdasarkan laporan S&P Global, dikutip Senin (1/3/2024) pertumbuhan PMI manufaktur ini didorong oleh indeks permintaan yang tinggi sehingga produksi meningkat dan perusahaan meningkatkan input dalam jumlah besar.
Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence, Pollyanna De Lima, mengatakan kinerja positif dengan pertumbuhan output pada Maret ini mencapai posisi tertinggi didorong oleh kenaikan besar pada permintaan domestik.
"Namun, dampak buruk dari kenaikan tajam ini adalah tekanan harga mendapatkan momentum," kata Pollyana De Lima, dikutip Senin (1/4/2024).
Menurut dia, permintaan input yang menguat memicu penyesuaian harga jual dari pemasok sehingga inflasi biaya meningkat dengan cepat.
Kondisi ini juga mendorong kenaikan tercepat pada kenaikan harga jual selama 21 bulan karena produsen barang dapat dengan mudah meneruskan beban biaya tambahan kepada konsumen.
Baca Juga
“Meskipun beberapa perusahaan percaya diri bahwa permintaan akan tetap membaik dalam beberapa bulan mendatang, beberapa perusahaan lainnya ragu kondisi tersebut dapat bertahan lebih lama," tuturnya.
Di samping tiu, Pollyana melihat beberapa perusahaan bersiap menambah produksi dan membangun inventaris, namun enggan merekrut karyawan tambahan karena tekanan kapasitas masih kecil untuk saat ini.
Mayoritas perusahaan memenuhi kenaikan permintaan dengan membeli bahan baku tambahan. Hal ini mendorong kapasitas produksi dan output stok produk yang meningkat.
Terdapat faktor yang masih menghambat peningkatan lapangan kerja yakni kekhawatiran di beberapa perusahaan tren penjualan yang tinggi pada bulan ini tidak berlangsung lama.