Bisnis.com, JAKARTA - Holding BUMN pangan ID Food melaporkan sebanyak 2.350 ekor sapi hidup asal Australia akan tiba di Indonesia pada Maret 2024 untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.
“Ada 2.350 ekor sapi hidup yang tiba sebelum Lebaran,” kata Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan dalam konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Rabu (20/3/2024).
Frans menyebut, dari total 2.350 ekor sapi yang ada, sebagian akan disembelih untuk membantu memenuhi ketersediaan daging segar selama puasa dan Lebaran. Hal ini mengingat impor daging sapi beku Brasil baru tiba di Indonesia usai Lebaran.
Adapun, ID Food telah meminta persetujuan Kementerian Pertanian (Kementan) agar sebagian sapi hidup yang ada disembelih. Sebab, berdasarkan aturan dari Kementan, sapi hidup tersebut harus digemukkan terlebih dahulu selama 3 bulan sebelum kemudian disembelih dan dagingnya dijual ke pasar.
Frans menyebut, pihaknya sudah mendapat persetujuan Kementan untuk menyembelih sapi-sapi dengan berat di atas 500 kilogram guna membantu ketersediaan daging segar.
“2.350 ekor itu kurang lebih ada 25% kalau nggak salah ada yang udah layak potong,” ujarnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Frans mengungkapkan bahwa sebanyak 3.000 ekor sapi hidup akan tiba di Indonesia pada Maret 2024 untuk memenuhi stok selama puasa dan Lebaran
“Untuk sapi hidup kedatangan pertama akan tiba di bulan Maret kurang lebih 3.000 ekor,” ungkap Frans dalam rapat kerja dengan komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Rabu (13/3/2024)
Sementara itu, produk daging sapi Australia masih dalam tahap pengajuan secara business-to-business dan sedang diproses. Kemungkinan, daging sapi Australia baru tiba di Indonesia setelah Lebaran.
Diberitakan sebelumnya, stok daging sapi terancam krisis saat Ramadan dan Idulfitri 2024 imbas terlambatnya penerbitan izin impor dan lonjakan harga.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri mengatakan, stok daging sapi impor beku di importir hanya tersisa sekitar 7.500 - 8.000 ton. Sementara itu, untuk menghadapi permintaan daging yang tinggi saat hari raya Idulfitri, importir membutuhkan stok minimal 50.000 ton agar dapat meredam harga.
"Kalau [stok] kurang pasti, stok di awal Januari [2024] itu kita pegang sekitar 20.000 ton, tapi sekarang stok di importir antara 7.500 ton - 8.000 ton, itu enggak mencukupi," ujar Suhandri saat dihubungi, Kamis (7/3/2024).
Dia membeberkan bahwa waktu yang terbatas membuat mereka kesulitan mendatangkan daging sapi impor tepat waktu sebelum Idulfitri. Musababnya, para importir baru mendapatkan izin impor dari Kementerian Perdagangan pada 22 Februari 2024, sementara Idulfitri kali ini diperkirakan berlangsung pada awal April 2024.
"Artinya waktunya sangat mepet. Kalau kita beli [daging impor] dalam jumlah besar pun khawatirnya barang tidak tepat waktu," ucapnya.
Menurut Suhandri, seharusnya izin impor diterima importir paling lambat pada akhir Januari 2024 atau awal Februari 2024. Pasalnya, para importir membutuhkan waktu lebih panjang untuk pengadaan mulai dari memastikan ketersediaan daging sapi di supplier negara asal, negosisasi harga, hingga kesiapan angkutan logistik kapal.
Risiko stok daging yang minim saat Ramadan dan Idulfitri 2024 juga diperparah oleh adanya tren kenaikan harga daging sapi impor di negara asal. Suhandri mengatakan, harga daging sapi di Australia belakangan ini mulai merangkak naik.
Kenaikan harga sekitar 2-3% dianggap masih dapat ditoleransi oleh para importir untuk pengadaan. Namun, kenaikan harga lebih dari ambang batas itu membuat para importir harus berpikir ulang untuk mengimpor daging sapi.
"Kalau kenaikan harga lebih dari 7% itu agak sulit kami menerima ya. Jadi kita masih harus negosiasi lagi dengan supplier di Australia sehingga butuh waktu lagi," katanya