Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Izin Impor Terlambat, Stok Daging Sapi Menipis Jelang Ramadan

Stok daging sapi importir saat inj diperkirakan tidak dapat mencukupi kebutuhan saat Ramadan dan Idulfitri
Pedagang melayani pembeli daging sapi di salah satu pasar tradisional di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pedagang melayani pembeli daging sapi di salah satu pasar tradisional di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Stok daging sapi terancam krisis saat Ramadan dan Idulfitri 2024 imbas terlambatnya penerbitan izin impor dan lonjakan harga.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri mengatakan, saat ini stok daging sapi impor beku di importir hanya tersisa sekitar 7.500 - 8.000 ton. Sementara itu, untuk menghadapi permintaan daging yang tinggi saat hari raya Idulfitri, importir membutuhkan stok minimal 50.000 ton agar dapat meredam harga.

"Kalau [stok] kurang pasti, stok di awal Januari [2024] itu kita pegang sekitar 20.000 ton, tapi sekarang stok di importir antara 7.500 ton - 8.000 ton, itu enggak mencukupi," ujar Suhandri saat dihubungi, Kamis (7/3/2024).

Dia membeberkan bahwa waktu yang terbatas membuat mereka kesulitan mendatangkan daging sapi impor tepat waktu sebelum Idulfitri. Musababnya, para importir baru mendapatkan izin impor dari Kementerian Perdagangan pada 22 Februari 2024, sementara Idulfitri kali ini diperkirakan berlangsung pada awal April 2024. 

"Artinya waktunya sangat mepet. Kalau kita beli [daging impor] dalam jumlah besar pun khawatirnya barang tidak tepat waktu," ucapnya.

Menurut Suhandri, seharusnya izin impor diterima importir paling lambat pada akhir Januari 2024 atau awal Februari 2024. Pasalnya, para importir membutuhkan waktu lebih panjang untuk pengadaan mulai dari memastikan ketersediaan daging sapi di supplier negara asal, negosisasi harga, hingga kesiapan angkutan logistik kapal.

Risiko stok daging yang minim saat Ramadan dan Idulfitri 2024 juga diperparah oleh adanya tren kenaikan harga daging sapi impor di negara asal. Suhandri mengatakan, harga daging sapi di Australia belakangan ini mulai merangkak naik.

Kenaikan harga sekitar 2-3% dianggap masih dapat ditoleransi oleh para importir untuk pengadaan. Namun, kenaikan harga lebih dari ambang batas itu membuat para importir harus berpikir ulang untuk mengimpor daging sapi.

"Kalau kenaikan harga lebih dari 7% itu agak sulit kami menerima ya. Jadi kita masih harus negosiasi lagi dengan supplier di Australia sehingga butuh waktu lagi," katanya

Adapun, berdasarkan data neraca pangan nasional per 21 Februari 2024 yang dihimpun Bapanas, stok daging sapi di awal 2024 tercatat sebanyak 130.153 ton, sedangkan untuk kebutuhan daging nasional secara bulanan diperkirakan sebanyak 60.013 ton.

Diberitakan Bisnis sebelumnya, Senin (26/2/2024), seorang pedagang daging di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Damanuri mengatakan bahwa harga daging di lapaknya saat ini berkisar Rp130.000 - Rp135.000 per kilogram. Dia pun yakin betul harga daging sapi segar bakal melonjak ke level Rp140.000 per kilogram saat Ramadan yang diperkirakan jatuh pada 12 Maret 2024. 

Musababnya, menurut Damanuri, harga daging di tingkat rumah potong hewan (RPH) sudah melonjak sejak 2 hari lalu. Namun, belum adanya lonjakan konsumen membuat dirinya enggan menaikkan harga daging di lapaknya saat ini. Adapun, dalam sehari, dia bisa menjual sekitar 100 kilogram daging sapi ke para pelanggannya. 

"Di pasar belum ada kenaikan [harga], kita di pasar jualnya juga susah, belum mulai rame yang beli. Tapi dari sananya [RPH] sudah naik [harganya]," ujar Damanuri saat ditemui di Pasar Senen, Senin (26/2/2024)

Dia mengatakan, pasokan daging di RPH pun mulai dibatasi. Hal itu disinyalir imbas kenaikan harga sapi yang diimpor. 

"Sapinya sudah di batasi, biasa motong 3 ekor, sekarang tinggal 2 ekor," tuturnya.

Lonjakan harga daging sapi diyakini bakal terus terjadi sampai Idulfitri di April 2024. Damanuri meramal harga daging bisa tembus mencapai puncaknya di level Rp150.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper