Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa capaian surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 dapat menopang perekonomian Indonesia dari sentimen eksternal.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$870 juta pada Februari 2024.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Januari 2024 yang sebesar US$2,00 miliar atau turun 55,94% secara bulanan.
Secara tahunan, surplus pada Februari 2024 pun tercatat turun 84,07 % dari surplus pada Februari 2023 sebesar US5,40 miliar.
Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menyampaikan bahwa surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 ini tetap mendukung ketahanan eksternal Indonesia.
“BI memandang surplus neraca perdagangan tersebut menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut,” katanya melalui keterangan resmi, dikutip Minggu (17/3/2024).
Baca Juga
Erwin menyampaikan, BI ke depan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain guna terus menjaga ketahanan eksternal dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Dia menjelaskan, surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap baik.
Neraca perdagangan nonmigas pada periode tersebut mencatat surplus sebesar US$2,63 miliar, seiring dengan tetap kuatnya ekspor nonmigas yang mencapai US$18,09 miliar.
“Kinerja positif ekspor nonmigas tersebut didukung oleh kuatnya ekspor komoditas berbasis sumber daya alam seperti komoditas bijih logam, terak, abu, dan bahan bakar mineral, serta ditopang oleh produk manufaktur seperti kendaraan dan bagiannya,” jelas Erwin.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia.
Sejalan dengan itu, imbuh Erwin, impor nonmigas tetap kuat seiring berlanjutnya perbaikan aktivitas ekonomi.
Adapun, defisit neraca perdagangan migas pada Februari 2024 tercatat meningkat mencapai US$1,76 miliar, dikarenakan peningkatan impor migas dan penurunan ekspor migas.