Bisnis.com, JAKARTA -- Kabar mengenai rakasa properti China, Vanke yang terancam bangkrut kian mencuat. Bayang-bayang kebangkrutan Vanke menjadi sorotan karena sebelumnya telah ada preseden setelah Evergrande resmi dinyatakan bangkrut.
Kejatuhan para raksasa properti China ini semakin menjadi momok yang menggambarkan betapa suramnya pasar perumahan di negeri Panda itu. Lantas apa yang menyebabkan Vanke turut berada di bawah bayang-bayang kebangkrutan?
Melansir dari Reuters, Jumat (15/3/2024), sinyal kebangkrutan Vanke mencuat diketahui posisi likuiditas perseroan tersebut kian menipis di tengah semakin lemahnya permintaan properti di China.
Penjualan Vanke dalam dua bulan pertama sepanjang 2024 dilaporkan anjlok hingga 40% dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini diperkirakan akan membuat pilar-pilar likuiditas Vanke makin keropos dalam 12 hingga 18 bulan ke depan.
"Moody's memperkirakan fleksibilitas keuangan dan penyangga likuiditas Vanke akan melemah dalam 12-18 bulan ke depan karena menurunnya kontrak penjualan," tulis Reuters dalam laporannya dikutip Jumat (15/3/2024).
Kondisi tersebut menjadi alarm keras bagi kelangsungan bisnis Vanke. Terlebih, Vanke tercatat memiliki obligasi luar negeri senilai sekitar 14 miliar yuan atau senilai Rp30,46 triliun (Asumsi kurs: Rp15.621) dan obligasi dalam negeri senilai sekitar 20 miliar yuan atau sekitar Rp43,41 triliun yang akan jatuh tempo hingga Juni 2025.
Baca Juga
Jika kondisi bisnis perusahaan Vanke tidak kunjung menunjukkan tren membaik, dikhawatirkan perusahaan tak akan mampu membayar obligasi jumbo yang akan segera jatuh tempo dalam beberapa waktu ke depan.
Untuk menyelamatkan Vanke dari kemungkinan terburuk itu, saat ini pemerintah China tengah melakukan koordinasi lanjutan dengan industri keuangan China untuk dapat memberikan relaksasi berupa perpanjangan jatuh tempo obligasi yang saat ini tengah ditanggung China Vanke.
Di samping itu, pemerintah China juga meminta sebanyak 12 bank besar memberi kucuran dana pada Vanke Property. Media pemerintah China melaporkan, saat ini ke-12 bank tersebut tengah melakukan tahap pembicaraan untuk memberikan pinjaman sindikasi untuk Vanke senilai hingga 80 miliar yuan ($11,2 miliar) atau senilai Rp175,13 triliun (asumsi Kurs: Rp15.637).
Dalam laporan terbarunya, Vanke disebut telah memperoleh persetujuan internal dari Bank of China (Hong Kong) yang akan menyuntik kredit sebesar US$191,73 juta atau senilai Rp2,99 triliun untuk menyambung napas Vanke.
Injeksi kredit sindikasi dari belasan bank jumbo tersebut diharapkan dapat memenuhi tenggat waktu pembayaran, hingga likuiditas perusahaan properti tersebut tetap terjaga.