Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Momentum Ramadan, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I/2024 Tembus 5%?

Bisakah pertumbuhan ekonomi kuartal I/2024 ikut terkerek momentum Ramadan? Ini penjelasan ekonom.
Pengunjung beraktivitas di kawasan pasar Tanah Abang di Jakarta, Rabu (6/4/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung beraktivitas di kawasan pasar Tanah Abang di Jakarta, Rabu (6/4/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Keyakinan Konsumen pada Februari 2024 yang tercatat tetap tinggi dan berada pada zona optimis mengindikasikan tetap kuatnya optimisme dan konsumsi di masyarakat. Bisakah pertumbuhan ekonomi kuartal I/2024 ikut terkerek momentum Ramadan?

Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2024 tercatat sebesar 123,1, meski lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 125,0.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa IKK yang berada di atas 100 mengindikasikan masyarakat tetap optimistis terhadap kondisi ekonomi dan kegiatan konsumsi akan terus berlanjut.

Josua mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh di atas level 5% sejalan dengan konsumsi yang tetap kuat, terutama pada kuartal pertama 2024 terdapat momentum Ramadan.

“Maret 2024 sudah memasuki bulan Ramadan di mana biasanya secara musiman konsumsi akan menguat sehingga akan menopang konsumsi rumah tangga yang menyumbang 50% lebih pada PDB,” katanya kepada Bisnis, Rabu (13/3/2024).

Di sisi lain, Josua mengatakan IKK Februari 2024 yang cenderung menurun, terutama disebabkan oleh penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) menjadi 110,9, perlu diantisipasi.

IKE tercatat turun pada seluruh indeks, diantaranya indeks penghasilan saat ini, indeks ketersediaan lapangan kerja, dan indeks pembelian barang tahan lama. Kondisi ini, menurutnya, dipengaruhi oleh faktor inflasi pangan yang terus meningkat.

Selain itu, kenaikan gaji yang lebih rendah dari inflasi pangan dan adanya penerapan pajak penghasilan baru, yaitu tarif efektif rata-rata (TER) PPh 21 menyebabkan penghasilan terasa berkurang. 

“Berkurangnya pembelian durable goods yang merupakan jenis barang sekunder dan tersier juga wajar karena pangan merupakan barang primer yang jika harganya naik maka konsumen akan mengorbankan pembelian barang jenis lainnya,” jelas Josua.

Dia menilai, pemerintah harus segera menurunkan inflasi pangan. Pasalnya, jika inflasi pangan tidak terkendali, konsumsi sekunder dan tersier masyarakat bisa jadi terganggu pada momentum Ramadan dan Lebaran 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper