Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan berlanjutnya tekanan pada inflasi masih akan berlangsung pada semester pertama 2024.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa kenaikan harga beras sejak Juli 2023 yang disebabkan oleh masalah pasokan, telah berkontribusi sebesar 0,67% terhadap inflasi umum tahunan pada Februari 2024.
Efek dari El Nino telah menyebabkan penurunan produksi beras sebesar 1,40% pada 2023 dibandingkan dengan periode 2022, yang mengakibatkan kelangkaan pasokan di pasar.
“Mengantisipasi tantangan pasokan yang sedang berlangsung, terutama pada paruh pertama 2024, mengingat kenaikan indeks El Nino yang terus berlanjut, diperparah dengan peningkatan permintaan selama bulan Ramadan dan Idulfitri, kami mengantisipasi tekanan inflasi yang meningkat,” katanya, Jumat (1/3/2024).
Josua mengatakan, terlepas dari risiko inflasi jangka pendek, inflasi secara keseluruhan pada 2024 diperkirakan berada di kisaran 3%, tetap terjaga dalam kisaran yang ditargetkan Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5%-3,5%.
“Ekspektasi ini didasarkan pada antisipasi bahwa inflasi akan mulai menurun pada paruh kedua 2024,” jelasnya.
Baca Juga
Dia menambahkan, dengan mempertimbangkan adanya risiko inflasi yang tinggi pada semester I/2024, BI diperkirakan akan mempertahankan BI-Rate dalam jangka pendek, sebelum mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga kebijakan semester II/2024.
“Kami mempertahankan perkiraan kami untuk BI menurunkan BI-Rate sebesar 50 basis poin menjadi 5,50% pada paruh kedua tahun 2024,” tutur Josua.
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Februari 2024 mencapai 0,37% secara bulanan, naik signifikan dari Januari 2024 sebesar 0,04%.
Secara tahunan, tingkat inflasi juga mengalami peningkatan menjadi 2,75%, dibandingkan dengan 2,57% yoy pada bulan sebelumnya.
Perkembangan inflasi pada Februari 2024 tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi harga bergejolak, khususnya dari kelompok bahan makanan.