Bisnis.com, JAKARTA - Output manufaktur Jepang pada Januari 2024 mencatatkan penurunan dengan laju tercepat sejak Mei 2020, disebabkan oleh penurunan produksi kendaraan bermotor.
Mengutip Reuters, Kamis (29/2/2024) Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang melaporkan output industri yang menurun 7,5% pada Januari 2024, dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Adapun, data yang dilaporkan sedikit lebih rendah dari perkiraan median pasar, yakni penurunan 7,3% dengan penurunan output di 14 dari 15 industri yang di survei METI.
Tak hanya itu, untuk pertama kalinya kementerian menurunkan penilaian output industri sejak Juli 2023. Hal ini menggambarkan tantangan ekonomi yang dihadapi Negeri Sakura, yang sedang mencoba untuk pulih dari resesi.
Penurunan produksi paling besar terjadi di kendaraan bermotor, dengan mencatatkan penurunan sebesar 17,8% pada Januari 2024, dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan output pada mobil penumpang reguler dan sistem penggerak listrik menurunkan angka keseluruhan.
Baca Juga
Produsen mobil asal negeri tersebut, Toyota Motor pada Januari 2024 juga menangguhkan pengiriman beberapa model setelah menemukan penyimpangan dalam uji sertifikasi untuk mesin diesel yang dikembangkan oleh afiliasi Toyota Industries
Kemudian, unit mobil kecil Toyota, yakni Daihatsu juga terus menangguhkan produksi di pabrik dalam negeri karena adanya pelanggaran terkait uji tabrakan yang dicurangi.
Produsen yang disurvei oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri juga memproyeksikan output yang disesuaikan secara musiman akan meningkat 4,8% pada Februari 2024 dan naik 2% pada Maret 2024.
Seorang pejabat METI mengatakan bahwa perkiraan kenaikan produksi pada Februari dan Maret 2024 tidak cukup besar untuk mengimbangi penurunan produksi pada bulan lalu.
Secara terpisah, data pemerintah juga menunjukkan bahwa penjualan ritel meningkat 2,3% pada Januari 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menandai kenaikan selama 23 bulan berturut-turut.
Angka tersebut juga sesuai dengan perkiraan pasar rata-rata, yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,3%.