Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Kuasai Saham Vale (INCO) Sore Ini, Akhir Saga Negosiasi Demi Hilirisasi Nikel

Divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sore ini melalui holding tambang MIND ID bertujuan memastikan keberlanjutan hilirisasi bijih nikel.
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bakal melepas sisa kewajiban divestasi kepada holding tambang pelat merah, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID, sore hari ini. 

Penandatanganan dokumen transaksi pengambilalihan saham divestasi INCO bakal diadakan di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (26/2/2024), sekitar pukul 16.00 WIB. Seremoni itu rencananya bakal disaksikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan.

Setelah panjang negosiasi setahun belakangan, holding tambang pelat merah dan INCO sepakat besaran sisa divestasi di level 14% dengan harga di sekitaran Rp3.000 per saham. Harga ini jauh di bawah harga reguler saat ini.

“Sudah dekat lah ini, saya tahu sudah deal dari sisi harga,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/2/2024).

Dadan berharap selepas kesepakatan divestasi itu diteken, pemerintah lewat holding tambang pelat merah dapat memastikan keberlanjutan hilirisasi bijih nikel dari cadangan yang saat ini sudah dipetakan INCO. 

Seperti diketahui INCO melaporkan capaian produksi nikel dalam matte 70.728 ton pada 2023. Volume itu meningkat dibandingkan dengan periode 2021-2022. Adapun, produksi itu naik 18% dari torehan sepanjang 2022 sebanyak 60.090 ton.

“Kita ingin memastikan rencana-rencana yang ada di Vale itu bisa terus kita jaga untuk hilirisasi,” kata Dadan.

Sepanjang tahun lalu, MIND ID mendorong agar perseroan dapat lebih agresif lagi mengakuisisi kewajiban divestasi INCO sebagai salah satu persyaratan perpanjangan kontrak, konversi kontrak karya (KK) yang berakhir Desember 2025 menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK).

MIND ID ingin menjadi pengendali operasi serta finansial dari perusahaan tambang nikel yang memiliki konsesi di Sulawesi tersebut. Selain itu, INCO dianggap mesti mengembalikan sebagian konsesi lantaran tidak terlaksanannya kewajiban investasi untuk proyek Sorowako, Pomalaa dan Bahodopi yang tertuang dalam KK hasil amandemen 17 Oktober 2014.

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mencontohkan komitmen untuk meningkatkan produksi nickel matte 25% pada Proyek Sorowako dari rata-rata produksi aktual 2009-2013 belum terlaksana hingga saat ini.

Lewat KK amandemen 2014, INCO saat itu berkomitmen untuk berinvestasi pada pembangunan kapasitas dryer & klin untuk meningkatkan rata-rata produksi pada blok tersebut. Hanya saja belakangan, lewat pengajuan perpanjangan menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK), INCO mengganti komitmen itu menjadi pembangunan pabrik high pressure acid leaching (HPAL) kapasitas produksi kurang lebih 60.000 mixed hydroxide precipitate (MHP).

Pergeseran fokus investasi pada Proyek Sorowako itu sudah disampaikan INCO kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif sebagai tahapan konversi KK INCO menjadi IUPK. Arifin menyetujui proposal itu lewat pengesahan rencana pengembangan seluruh wilayah (RPSW) pada 10 April 2023. Belakangan, INCO resmi mengajukan permohonan IUPK ke Kementerian ESDM pada 17 April 2023.

“Vale mengajukan usulan substitusi dari kewajiban berupa tambang nikel ke HPAL di Sorowako, jadi tidak mengembangkan RKEF lagi tapi substitusi menjadi HPAL, nah ini masih dalam tahapan studi persiapan, ini harus dicatat karena ini terkait dengan syarat dalam KK yang harus diikuti,” kata Hendi saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu (30/8/2023).

Selain itu, Hendi menambahkan, terdapat dua komitmen investasi INCO pada amandemen KK 2014 yang belakangan berubah di ujung masa konsesi. Hendi mengatakan, INCO mengubah usulan pengembangan fasilitas HPAL dengan Sumito pada kapasitas produksi sekitar 15.000 ton mixed sulphide precipitate (MSP).

Dalam RPSW yang disetujui April 2023, INCO belakangan berencana membangun fasilitas HPAL bersama dengan Huayou pada kapasitas produksi sekitar 120.000 mixed hydroxide precipitate (MHP).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper