Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Terancam Defisit 453.000 Ton Daging, Impor Sapi Bakalan Jadi Opsi

Indonesia diprediksi mengalami defisit daging, sehingga memerlukan impor sapi bakalan yang bisa menjadi opsi untuk mengamankan kebutuhan konsumsi.
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di  Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA -  Indonesia diperkirakan mengalami defisit daging sapi hingga 453.000 ton di tahun ini. Impor sapi bakalan dianggap bisa menjadi solusi.

Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Djoni Liano mengatakan hasil analisis pemerintah pada 2024 mendapati angka konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sebesar 2,57 kilogram per kapita per tahun.

Adapun jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebanyak 2,79 juta jiwa. Dengan demikian, kebutuhan konsumsi daging sapi nasional tahun ini diproyeksi sebanyak 720.375 ton.

Di sisi lain, populasi sapi maupun kerbau di Indonesia masih terbatas, yakni sebanyak 11,3 juta ekor sapi dan 470.900 ekor kerbau. Menurut Djoni, dari jumlah populasi tersebut dan pertimbangan struktur populasi, maka diperkirakan hanya dapat menghasilkan daging sekitar 281.640 ton.

"Berdasarkan neraca kebutuhan konsumsi daging sapi, maka terjadi defisit sebanyak 453.000 ton atau secara 2,5 juta sapi siap potong," ujar Djoni dalam keterangan resmi, Selasa (20/2/2024).

Defisit daging disebut menjadi tanda stok dan pasokan daging sapi dalam kondisi kritis. Oleh karena itu, Djoni menegaskan impor sapi bakalan menjadi langkah tepat menutupi kekurangan stok daging sapi di dalam negeri.

"Jika pemerintah tidak melakukan impor ternak sapi bakalan, maka kami memprediksi dalam waktu 4 tahun ke depan populasi ternak sapi dan kerbau akan punah," ucapnya.

Djoni mengatakan, kebijakan pemerintah seyogyanya memberikan porsi lebih besar untuk impor sapi bakalan. Sebab, menurutnya impor sapi bakalan bisa memberikan nilai tambah lebih besar di dalam negeri mengingat adanya proses penggemukan yang dilakukan selama 2-3 bulan.

Adapun seluruh pengusaha sapi potong yang tergabung dalam Gapuspindo, kata Djoni, telah mengantongi persetujuan impor pada 16 Februari 2024. Para importir tersebut akan memproses impor sapi bakalan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan daging sapi pada Ramadan dan Idulfitri yang diperkirakan meningkat dua kali lipat.

Berdasarkan data prognosa neraca pangan nasional tahun ini yang dihimpun Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 27 Januari 2024, rencana impor daging sapi bakalan dan kerbau pada 2024 mencapai 389.024 ton. Sementara produksi dalam negeri diperkirakan hanya 422.649 ton.

Sebelumnya, Guru Besar IPB University, Hermanto Siregar justru meminta Kementerian Perdagangan tidak terburu-buru dalam menerbitkan izin impor sapi bakalan asal Australia. Menurut Hermanto, Kemendag perlu mengutamakan nasib para peternak sapi lokal.

"Tentu harus dipertimbangkan timing ya. Tidak bisa 400.000 sapi bakalan masuk ke dalam negeri sekaligus, karena akan menyebabkan anjloknya harga daging sapi," ujar Hermanto dalam keterangan resmi, Rabu (14/2/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper