Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengan Inpex Corporation masih mempelajari proyeksi pasar gas alam cair atau LNG global untuk mengamankan kontrak jual beli gas jangka panjang Blok Masela.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan penjajakan kontrak jangka panjang saat ini masih berproses bersama dengan calon pembeli.
“Terlalu dini untuk menyebut calon-calon buyer karena masih tahap awal negosiasi, yang paling penting itu adalah pelaksanaan proyek yang harus segera dimulai,” kata Kurnia saat dihubungi, Kamis (15/2/2024).
Kepastian pembeli gas menjadi bagian penting untuk mengamankan keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) proyek ladang gas Abadi itu.
Adapun, biaya investasi dan operasi pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela menyentuh di angka sekitar US$34,74 miliar setara dengan Rp535,96 triliun (asumsi kurs Rp15.428 per dolar AS).
Perkiraan biaya untuk rencana pengembangan itu meliputi biaya investasi di luar sunk cost sebesar US$20,94 miliar (termasuk di dalamnya investasi CCS sebesar US$1,08 miliar), biaya operasi sebesar US$12,97 miliar dan biaya Abandonment and Site Restoration (ASR) sebesar US$830 juta.
Baca Juga
Sementara itu, SKK Migas telah menghimpun minat dari calon pembeli domestik dan luar negeri dengan kebutuhan gas secara keseluruhan sekitar 25 juta ton per tahun (mtpa).
Beberapa pembeli telah menandatangani letter of intent (LoI) ihwal kemungkinan pembelian gas dari Blok Masela nantinya. Hanya sejumlah rencana komersialisasi gas itu masih dimatangkan.
Di sisi lain, dia mengatakan, lembagannya tengah mempelajari sisi pasokan dan permintaan gas cair itu di tingkat pasar global hingga Asia saat ini.
Seperti diketahui, impor LNG dari Jepang selama 10 tahun terakhir terus mengalami tren penurunan di tengah upaya peningkatan kapasitas bauran pembangkit nuklir di negara asal Inpex tersebut.
Impor LNG dari Jepang menyentuh di level sekitar 60 juta ton pada 2023. Angka itu susut drastis dari pembelian sekitar 100 juta ton LNG pada 2011.
“Sedang dipelajari masukan-masukan terkait dengan pasokan dan permintaan LNG dunia dan Asia, masih didiskusikan,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, outlook pasar LNG dari Shell memperkirakan permintaan gas alam cair atau LNG bakal naik 50% pada 2040 seiring dengan peralihan industri berbasis batu bara menuju gas di China dan sebagian negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Shell memproyeksikan permintaan LNG pada 2040 bakal menyentuh di kisaran 625 juta ton sampai dengan 685 juta ton setiap tahunnya selepas 2040.
Shell mencatat total perdagangan LNG global telah mencapai 404 juta ton pada 2023, naik signifikan dari perdagangan sepanjang 2022 di level 397 juta ton.
“China kelihatannya bakal mendominasi pertumbuhan permintaan LNG dekade ini setelah industri berusaha untuk mengurangi emisi mereka dengan beralih ke gas,” kata Wakil Presiden Shell Energy Steve Hill seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (15/2/2024).
Sementara itu, Steve mengatakan, penurunan produksi gas domestik di sejumlah negara Asia Selatan dan Asia Tenggara bakal mendongkrak permintaan LNG untuk upaya dekorbanisasi dari sejumlah negara berkembang ke depan.