Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog buka suara usai peritel mengeluh kesulitan mendapat beras kemasan 5 kilogram jenis premium lokal.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menduga, sulitnya para peritel mendapatkan beras lantaran pedagang mengurangi kegiatan jual beli selama libur panjang Imlek 2024 serta antisipasi hari terakhir kampanye jelang Pemilu 2024.
“Kami pantau terus,” kata Bayu kepada Bisnis, Jumat (9/2/2024).
Bayu mengatakan, pihaknya akan terus meningkatkan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta pasokan ke penggilingan dan grosir, termasuk ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) agar tercukupi.
“Selama Januari 2024 Bulog telah salurkan SPHP 160% dibandingkan Januari 2023, dan selama Februari sampai hari ini SPHP terus disalurkan,” ujarnya.
Perum Bulog sendiri telah menyampaikan kepada distributor dan ritel untuk mengambil beras SPHP. Untuk wilayah Jawa, distributor maupun peritel dapat membeli beras Bulog seharga Rp9.450 per kilogram, dan dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium yang ditetapkan sebesar Rp10.900 per kilogram.
Baca Juga
Pihaknya juga tidak membatasi jumlah beras yang akan dibeli oleh distributor maupun peritel, selama mengikuti ketentuan yang berlaku. “Artinya setiap permintaan ikuti ketentuan, tetapi kapanpun kosong bisa minta lagi,” jelasnya.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) baru-baru ini mengaku kesulitan untuk mendapatkan beras kemasan 5 kilogram jenis premium lokal. Hal ini lantaran masa panen diperkirakan berlangsung pada pertengahan Maret 2024, bersamaan dengan belum masuknya beras tipe medium atau SPHP dari pemerintah.
Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey mengungkapkan, kondisi yang tidak seimbang ini telah mengerek naik HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat. Peritel mencatat, produsen bahkan sudah menaikkan harga beli untuk bahan pokok dan penting selama sepekan, sebesar 20%-35% dari harga sebelumnya.
Peritel pun tidak punya pilihan selain harus membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen dan pemasok beras lokal, yang tercatat antara Rp15.000 per kilogram hingga Rp15.500 per kilogram.
Sebagai informasi, pemerintah menetapkan HET beras medium sebesar Rp10.900 hingga Rp11.800 per kilogram untuk beras medium, sedangkan beras premium Rp13.900 hingga Rp14.800 per kilogram.
Oleh karena itu, peritel meminta pemerintah untuk merelaksasi HET beberapa komoditi bahan pokok dan penting agar peritel dapat membeli produk tersebut.
Pihaknya juga meminta pemerintah untuk merelaksasi aturan main HET yang ditetapkan dan berjalan selama ini, sehingga peritel dapat terus membeli, menyediakan, dan menjual kebutuhan pokok dan penting masyarakat untuk menghindari kekosongan dan kelangkaan bahan pokok pada gerai ritel dan modern.
“Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya? Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut pada gerai ritel modern kami, karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” kata Roy dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/2/2024).