Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Beras Naik Gila-gilaan, Peritel Teriak Minta Relaksasi HET

Pengusaha ritel menyebut harga beras dalam sepekan terakhir naik sebesar 20%-35% dari harga sebelumnya.
Aktivitas perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Kamis (10/8/2023)./ BISNIS - Dwi Rachmawati
Aktivitas perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Kamis (10/8/2023)./ BISNIS - Dwi Rachmawati

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah untuk merelaksasi harga eceran tertinggi (HET) dan harga acuan serta aturannya hingga periode tertentu untuk beberapa komoditi bahan pokok dan penting seperti beras yang berpotensi terkerek naik pada Februari 2024. 

Ketua Umum Aprindo, Roy N. Mandey, mengatakan, peritel mulai kesulitan mendapatkan stok Beras jenis premium lokal dengan kemasan 5 kilogram lantaran para produsen telah menaikkan harga beli bahan pokok dan penting seperti beras, gula, hingga minyak goreng, di atas HET.

“Selama sepekan terakhir ini [harga beli sudah naik] sebesar 20%-35% dari harga sebelumnya,” kata Roy dalam keterangan resminya, Jumat (9/2/2024).

Roy menuturkan, peritel tidak dapat mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan produsen bahan pokok dan penting, mengingat harga ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu yang selanjutnya didistribusikan ke peritel di sektor hilir dan dibeli oleh masyarakat pada gerai ritel modern.

Saat ini, lanjut dia, peritel tidak memiliki pilihan dan harus membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal. Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis, harga beras yang dibeli peritel berkisar antara Rp15.100 hingga Rp15.500 per kilogram.

Perlu diketahui, pemerintah menetapkan HET beras medium sebesar Rp10.900 hingga Rp11.800 per kilogram untuk beras medium, sedangkan beras premium Rp13.900 hingga Rp14.800 per kilogram.

Untuk itu, pihaknya meminta pemerintah untuk merelaksasi HET beberapa komoditi bahan pokok dan penting agar peritel dapat membeli produk tersebut dengan harga yang wajar.

Selain itu, peritel khawatir kondisi ini dapat memicu kekosongan dan kelangkaan stok, yang berujung pada panic buying konsumen, yang akan berlomba dan menimbun bahan pokok dan penting.

“Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya? Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut pada gerai ritel modern kami, karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” jelasnya. 

Dia juga meminta pemerintah untuk merelaksasi aturan main HET yang ditetapkan dan berjalan selama ini, sehingga peritel dapat terus membeli, menyediakan, dan menjual kebutuhan pokok dan penting masyarakat untuk menghindari kekosongan dan kelangkaan bahan pokok pada gerai ritel dan modern.

Peritel menyarankan agar pemerintah segera menghadirkan regulasi yang mengedepankan solusi dan berdampak positif bagi semua pihak agar permasalahan anomali harga bahan pokok dan penting ini dapat dikelola dan terkendali dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper