Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) buka suara terkait keputusan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter yang memutuskan untuk mengimpor tiga rangkaian kereta (trainset) dari China setelah sempat mempertimbangkan buatan Jepang.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal menuturkan, pengadaan sarana KRL merupakan wewenang dari KAI Commuter selaku operator KRL Jabodetabek. Dia juga mengaku belum mendapatkan informasi terbaru terkait pengadaan impor KRL tersebut
Risal menuturkan, Kemenhub bertugas untuk memberikan standar operasi rangkaian kereta yang dapat beroperasi di Indonesia. Keputusan final terkait pemilihan pabrikan atau negara asal trainset tersebut sepenuhnya berada di tangan KAI Commuter.
“Kita [Kemenhub] hanya memberikan standar-standarnya saja, tetapi KAI Commuter boleh memilih pabrikan dari manapun,” kata Risal di Jakarta, dikutip Kamis (8/2/2024).
Sebelumnya, KAI Commuter mengeklaim bahwa pihak Jepang telah mengubah proposal impor KRL sehingga membuat harga dari China lebih murah.
Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba memastikan penawaran harga KRL dari China lebih murah dibandingkan dari buatan Jepang. Kendati begitu, dia enggan menyebutkan berapa harga terbaru yang ditawarkan Jepang hingga membuat perusahaan lebih memilih China.
Baca Juga
"Dari sisi harga [KRL China] juga cukup kompetitif, berarti manufaktur lain itu lebih tinggi [harganya]," ucapnya.
Dia menuturkan, untuk mendatangkan KRL impor dari China diperlukan waktu selama 13,5 bulan sejak tanda tangan kontrak dengan CRRC Sifang Co. Ltd. pada 31 Januari 2024.
"Tidak mungkin [tiba] 2024. Kedatangan pertama itu 13,5 bulan sampai di Indonesia," ujar Anne.
Nantinya, saat KRL impor dari China tiba di Indonesia harus diuji coba terlebih dahulu dengan target lintasan 4.000 kilometer. Selain itu, KRL impor dari China itu juga harus mendapatkan sertifikasi kelayakan dari Direktorat Jenderal Kereta Api (DJKA) Kementerian Perhubungan.