Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno membantah harga avtur menjadi biang kerok utama harga tiket pesawat mahal.
Sandiaga mengatakan, hasil kajian yang dilakukan pemerintah yang melibatkan Kementerian ESDM dan BUMN tahun lalu tidak menemukan adanya pengaruh signifikan harga avtur dengan kenaikan harga tiket pesawat. Menurutnya, komponen harga bahan bakar minyak (BBM) penerbangan bukan hanya disumbang oleh avtur, tapi ada pajak yang turut diperhitungkan.
"Pada saat ratas [rapat terbatas] itu tidak berkontribusi lebih signifikan dari segi kenaikan atau tingginya harga tiket pesawat. Ini harga minyak dunia sudah turun jadi per hari ini kita mesti kaji secara menyeluruh," ujar Sandiaga saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rabu (7/2/2024).
Sebaliknya, tingginya harga tiket pesawat di Indonesia, kata Sandiaga, lebih disebabkan oleh ketersediaan pesawat dan kursi yang terbatas. Oleh karena itu, Sandi menilai jumlah pesawat perlu ditambah sampai 700 unit.
Selain itu, dia juga mendorong pemerintah daerah untuk memberikan skema block seat dan insentif. Dengan begitu akan meningkatkan jumlah penerbangan dan menurunkan harga tiket pesawat.
"Peningkatan jumlah pesawat dan ketersediaan kursi itu yang memberikan dampak lebih riil kepada harapan kita untuk menurunkan harga tiket pesawat," tuturnya.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Selasa (6/2/2024), Ketua KPPU, Fanshurullah Asa, menyampaikan, tingginya harga avtur di Indonesia menjadi pemicu utama mahalnya harga tiket pesawat di dalam negeri.
“Karena komponen biaya bahan bakar mencapai 38%-45% dari harga tiket pesawat,” kata Ifan, sapaan akrabnya, di Kantor KPPU, Selasa (6/2/2024).
Menurut data yang diterima oleh KPPU, harga avtur penerbangan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan harga avtur penerbangan di 10 bandara udara internasional lain.
Dia menuturkan, kisaran perbedaaan harga avtur bandara di Indonesia dengan bandara luar negeri secara umum mencapai 22% hingga 43% untuk periode Desember 2023. Hal ini dinilai berpengaruh langsung kepada harga tiket pesawat terbang.
“Karena berdasarkan kajian diketahui harga tiket pesawat per kilometer di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara Asean lain, seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam,” ujarnya.