Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ramal Tingkat Inflasi 2024 Terjaga di Bawah 3%, Ini Penyebabnya

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz meramal tingkat inflasi pada 2024 terjaga di bawah 3%.
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat inflasi Indonesia pada 2024 diperkirakan akan tetap terjaga pada tingkat di bawah 3%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Januari 2024 mencapai 2,57% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyampaikan bahwa inflasi yang tercatat pada awal 2024 tersebut tetap stabil karena komponen inti yang melambat menjadi 1,68% yoy pada Januari 2024.

Inflasi inti pada Januari 2024 tercatat turun dari 1,8% yoy pada bulan sebelumnya. Perlambatan inflasi inti yang berkepanjangan kata Faiz terutama disebabkan oleh faktor sisi penawaran, terkait dengan moderasi substansial dalam biaya input. 

Sementara itu, dia mengatakan bahwa indikator permintaan, yang tercermin dari Purchasing Manager's Index (PMI), tetap ekspansif. PMI tercatat naik menjadi 52,9 pada Januari 2024, naik dari 52,2 pada Desember 2023.

“PMI yang lebih tinggi terutama didorong oleh peningkatan pada pesanan baru domestik dan eksternal untuk produk manufaktur, meskipun peningkatan permintaan eksternal masih terbatas,” katanya, Kamis (1/2/2024).

Untuk diketahui, BPS telah melakukan pembaruan basis Indeks Harga Konsumen (IHK) dari survei biaya hidup tahun 2018 ke tahun 2022.

Perubahan ini, kata Faiz, bertujuan untuk mengakomodasi pergeseran perilaku konsumsi pascaCovid-19 dan memperluas cakupan regional.  Menurutnya, indeks saat ini akan lebih sensitif terhadap harga komoditas pangan dan energi, mengingat bobotnya yang meningkat. 

Namun demikian, Faiz memperkirakan inflasi pada tahun ini akan mencapai 2,9%, terjaga dalam sasaran target Bank Indonesia 1,5 hingga 3,5%.

“Faktor risiko terkait eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah masih belum terlalu besar, sementara pertumbuhan biaya input terus meningkat sejak kuartal II/2023,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper